Di hutan belantara ada seorang pencari kayu sedang asyik mengumpulkan
kayu, tiba-tiba datang seekor harimau hendak menerkamnya. Tanpa pikir
panjang si pencari kayu itupun lari sekencang-kencangnya untuk
menyelamatkan diri. Dalam keadaan sangat panik, kakinya terperosok dan
ia jatuh kedalam sebuah jurang.
Beruntunglah ia masih sempat
menggapai akar pohon yang menjuntai lalu menggenggamnya dengan kuat.
Sementara ia berpegangan pada akar, sang harimau tetap menunggunya
dimulut jurang dengan taringnya yang tajam siap memangsa si pencari
kayu kapanpun juga. Tiba-tiba pula datang dua ekor tikus berwarna putih
dan hitam yang mengerogoti akar yang sedang digenggam oleh si pencari
kayu, sehingga lama kelamaan akar itu menjadi rapuh. Saat bersamaan ia
menengok kedasar jurang ternyata disana banyak ular berbisa yang siap
menggigit dan memangsanya ketika ia terjatuh.
Disaat genting itu
ia mendongak karena ada sesuatu yang menetes dari atas kepalanya.
Ternyata ada madu yang menetes dari sarang lebah sebuah pohon di atas
mulut jurang. Si pencuri kayupun membuka mulutnya dan meminum madu yang
menetes ke dalam mulutnya. Karena rasa lapar, ia sangat menikmati madu
tersebut sampai-sampai ia lupa akan bahaya yang mengancam
disekelilingnya.
Hikmah dan Pelajaran
Cerita
di atas sangat menarik untuk kita jadikan sebuah perumpamaan hidup. Si
pencari kayu itu adalah gambaran seorang manusia, harimau adalah
kematian yang selalu mengejarnya kapanpun dan dimanapun. Akar pohon
adalah ibarat umur manusia yang selalu berkurang digerogoti oleh tikus
putih (waktu siang) dan tikus hitam (waktu malam). Umur manusia selalu
berkurang tapi amal kebaikan tidak bertambah, justru perbuatan dosa
semakin ditumpuk menggunung tinggi.
Sementara ular-ular berbisa di
dasar jurang ibarat siksaan dan azab yang telah disediakan Allah bagi
manusia pendosa. Azab kubur menunggu manusia jika ia tidak bisa
menjawab pertanyaan Malaikat Munkar dan Nakir. Siksaan selanjutnya
adalah api neraka jahannam yang menyala-nyala, yang panasnya seribu
kali panasnya api dunia.
Sedangkan tetesan madu adalah kenikmatan
dunia yang hanya secuil tapi banyak melenakan manusia. Banyak manusia
yang lupa tujuan hidupnya bahkan lupa terhadap Penciptanya hanya
gara-gara mengejar kesenangan dunia yang sedikit. Padahal balasan
disisi Allah lebih baik dan lebih kekal.
Di tengah situasi
seperti demikian, adakah yang bisa menyelamatkan manusia selain iman
kepada Allah? Hanya iman yang menyelamatkan nabi Nuh alaihissalam dari
bencana air bah. Iman pula yang menyela-matkan nabi Musa alaihissalam
dan pengikut-nya dari kejaran pasukan Fir’aun.
Kekuatan iman mampu
membedakan mana kaca, mana permata. Mana dunia, dan mana akhirat.
Orang beriman tidak mungkin memilih yang fana.
Sabtu, Oktober 22, 2011
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Mengenali Makna Insights Facebook
Yuk, Belajar Analisa Insights Facebook! Selanjutnya, kita akan membahas tentang analisis Facebook, yang bisa membantu kita dalam m...
-
Alhamdulillah, Do'aku Terkabul "Bingung mau bilang apa dan gimana" itu yg aku rasain setelah aku lolos masuk Poltekk...
-
Yuk, Belajar Analisa Insights Facebook! Selanjutnya, kita akan membahas tentang analisis Facebook, yang bisa membantu kita dalam m...
-
Ketika “Limit” tak mampu menjawab berapa jauh perjalanan hidup kita lagi. Ketika “Diferensial” tak mampu menurunkan keangkuha...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar