Belajar dari Pensil
Pembuat pensil meletakkan
sebuah pensil di sampingnya, sebelum ia meletakkannya di dalam boks.
"Ada 5 hal yang perlu kamu ketahui," ia berkata pada pensil itu, "Sebelum aku mengirim-mu ke dunia. Ingatlah ini dan jangan pernah lupakan, dan kamu akan bisa menjadi pensil yang baik.“
"Satu: Kamu akan bisa melakukan banyak hal, tetapi hanya apabila kamu digenggam oleh pemilikmu."
"Dua: Kamu akan mengalami peruncingan yang menyakitkan dari waktu ke waktu, tetapi kamu memerlukannya untuk menjadi pensil yang lebih baik."
"Tiga: Kamu akan dapat membetulkan setiap kesalahan yang kamu buat."
"Empat: Yang paling penting adalah kamu akan selalu menjadi apa yang ada di dalammu."
"Dan lima: Di setiap permukaan kamu digunakan, kamu harus meninggalkan tandamu. Tidak peduli kondisi permukaan itu, kamu harus terus menulis."
Pensil tersebut mengerti dan berjanji untuk mengingatnya, dan ia akhirnya diletakkan di boks dengan memiliki tujuan di hatinya.
Sekarang gantikan pensil itu dengan dirimu. Selalu ingat ini dan jangan pernah lupakan, dan kamu akan menjadi orang orang yang baik.
Satu: Kamu akan bisa melakukan hal-hal besar, tetapi hanya jika kamu mengijinkan kamu digenggam oleh tangan Tuhan.
Dua: Kamu akan mengalami asahan yang menyakitkan dari waktu ke waktu, dengan melalu berbagai masalah di hidup, tetapi kamu membutuhkannya untuk menjadi orang yang lebih baik.
Tiga: Kamu akan dapat memperbaiki setiap kesalahan yang kamu buat.
Empat: Yang paling penting adalah kamu akan selalu menjadi apa yang sudah ada dalam dirimu.
Dan lima: Di setiap permukaan dimana kamu berjalan, kamu harus meninggalkan jejakmu. Tidak peduli apapun situasi yang kamu alami, kamu harus melanjutkan tugasmu.
Biarkan perumpamaan tentang pensil ini membesarkan hatimu bahwa kamu adalah orang yang spesial dan hanya kamulah yang dapat menuntaskan tujuan kamu dilahirkan ke dunia.
Jangan pernah ijinkan dirimu menjadi putus asa dan berpikir bahwa hidupmu tak berarti dan tidak dapat membuat sebuah perubahan.
"Ada 5 hal yang perlu kamu ketahui," ia berkata pada pensil itu, "Sebelum aku mengirim-mu ke dunia. Ingatlah ini dan jangan pernah lupakan, dan kamu akan bisa menjadi pensil yang baik.“
"Satu: Kamu akan bisa melakukan banyak hal, tetapi hanya apabila kamu digenggam oleh pemilikmu."
"Dua: Kamu akan mengalami peruncingan yang menyakitkan dari waktu ke waktu, tetapi kamu memerlukannya untuk menjadi pensil yang lebih baik."
"Tiga: Kamu akan dapat membetulkan setiap kesalahan yang kamu buat."
"Empat: Yang paling penting adalah kamu akan selalu menjadi apa yang ada di dalammu."
"Dan lima: Di setiap permukaan kamu digunakan, kamu harus meninggalkan tandamu. Tidak peduli kondisi permukaan itu, kamu harus terus menulis."
Pensil tersebut mengerti dan berjanji untuk mengingatnya, dan ia akhirnya diletakkan di boks dengan memiliki tujuan di hatinya.
Sekarang gantikan pensil itu dengan dirimu. Selalu ingat ini dan jangan pernah lupakan, dan kamu akan menjadi orang orang yang baik.
Satu: Kamu akan bisa melakukan hal-hal besar, tetapi hanya jika kamu mengijinkan kamu digenggam oleh tangan Tuhan.
Dua: Kamu akan mengalami asahan yang menyakitkan dari waktu ke waktu, dengan melalu berbagai masalah di hidup, tetapi kamu membutuhkannya untuk menjadi orang yang lebih baik.
Tiga: Kamu akan dapat memperbaiki setiap kesalahan yang kamu buat.
Empat: Yang paling penting adalah kamu akan selalu menjadi apa yang sudah ada dalam dirimu.
Dan lima: Di setiap permukaan dimana kamu berjalan, kamu harus meninggalkan jejakmu. Tidak peduli apapun situasi yang kamu alami, kamu harus melanjutkan tugasmu.
Biarkan perumpamaan tentang pensil ini membesarkan hatimu bahwa kamu adalah orang yang spesial dan hanya kamulah yang dapat menuntaskan tujuan kamu dilahirkan ke dunia.
Jangan pernah ijinkan dirimu menjadi putus asa dan berpikir bahwa hidupmu tak berarti dan tidak dapat membuat sebuah perubahan.
Siklus Hidup Ikan Salmon
Ikan Salmon, satu dari sekian banyak jenis ikan yang banyak mengandung
nilai gizi yang sangat bermanfaat bagi manusia. Jenis ikan ini dapat hidup di
perairan tawar dan laut, dan merupakan salah satu komoditi hasil perikanan yang
banyak dikonsumsi oleh masyarakat. Terlepas dari semua itu, judul di atas akan
menjadi topik utama tulisan ini sekedar untuk menambah pengetahuan kita
bersama.
Siklus
hidup ikan salmon bermula di perairan tawar (sungai), disini telur telur ikan
salmon menetas (biasanya pada bulan November) dan disini perjuangan hidupnya
bermula. Tingkat kematian ikan salmon pada tahap ini sangat besar. Dari total
jumlah telur yang dibuahi, lebih kurang setengahnya yang berhasil menetas. Ikan
salmon yang baru menetas ini dinamakan “alevin” yang hidup di antara tumpukan
kerikil di dasar sungai dengan memakan plankton. Setelah persediaan makanan
habis, alevin akan keluar dari kerikil dasar sungai (bulan Mei/Juni), pada
tahap ini ikan salmon dinamakan “Fry”. Fry kemudian tumbuh dan berkembang
menjadi “smolt” yang kemudian bergerak ke muara sungai menuju ke lautan lepas.
Tahun
pertama hidup di lautan merupakan tahap kritis ikan salmon menghadapi
pemangsanya. Predator yang memangsa ikan salmon dalam jumlah banyak adalah
anjing laut. Disamping itu, singa laut, beruang, burung dan manusia juga
menjadi ancaman kelangsungan hidup ikan salmon.
Lama
berpetualang di lautan (4-7 tahun), ikan salmon tumbuh besar dan cukup dewasa
untuk bereproduksi. Disini letak keunikan ikan salmon, dimana hidupnya bermula
(menetas dari telur) disanalah ikan salmon melakukan proses reproduksi. Ikan
salmon yang hidup berkoloni (berkumpul dalam jumlah yang sangat banyak) akan
berkumpul dengan koloni ikan salmon lainnya untuk bermigrasi kembali ke
perairan tawar yaitu sungai.
Perjalanan pulang
ikan salmon tidaklah sebentar, memakan waktu dengan hitungan bulan. Banyak
rintangan yang menghadang perjalanannya, melewati batu karang, berenang melawan
arus, melompat mendaki air terjun (daya lompat ikan salmon bisa mencapai 3
meter),dan lain lain.
Satu hal
lagi, selama melakukan perjalanan pulang, ikan salmon tidak makan apa apa alias
berpuasa. Cadangan lemak yang ada di tubuhnya merupakan sumber makanan hingga
sampai ke perairan tawar. Pemakaian cadangan lemak tubuh ini akan menyebabkan
perubahan fisik pada ikan salmon. Pada tahap ini, banyak ikan salmon yang mati
karena luka, keletihan ataupun pemangsa, hingga akhirnya hanya sedikit yang
berhasil sampai ke hulu sungai.
Dari sumber
yang ada, belum ada yang bisa memastikan bagaimana cara ikan salmon dapat
menemukan kembali jalan pulang ke sungai tempat mereka ditetaskan setelah
berenang di lautan bertahun tahun lamanya dan beribu ribu kilo jauhnya. Teori
yang paling banyak di anut adalah ikan salmon menyimpan secara otomatis aroma
dimana tempat dia ditetaskan, dan inilah yang nantinya akan menuntun perjalanan
pulang kembali ke tempat asal.
Sesampainya
di hulu sungai (atau tempatnya ditetaskan), dalam keadaan lelah ikan salmon
akan menggali tanah di dasar sungai membuat lobang (25-30cm) untuk sarang
dengan menggunakan ekornya. Di lobang itulah ikan salmon betina mengeluarkan
telur 3.000-8.000 butir dan kemudian dibuahi oleh sperma ikan salmon jantan.
Selesai melakukan pembuahan, ikan salmon jantan dan betina menutup kembali
sarang tersebut dengan kerikil.
Kedua ikan
salmon akan tinggal beberapa hari disekitar sarang tersebut hingga akhirnya
mati kehabisan energi. Sebagian bangkai ikan salmon akan dimakan oleh binantang
yang hidup di dasar sungai, dan sebagian lagi akan membusuk dengan bantuan
bakteri hingga menjadi pupuk alami. Pupuk alam tersebut akan dimakan oleh
plankton dan serangga kecil di dasar sungai. Pada akhirnya, plankton dan
serangga kecil ini akan menjadi makanan pokok bagi ikan salmon yang baru
menetas satu bulan kemudian.
Begitulah
perjuangan dan siklus hidup ikan salmon. Yatim piatu sejak menetas, menempuh
perjalanan dengan resiko yang sangat besar dan berkorban demi kelangsungan
populasinya dimasa yang akan datang. Tentu banyak hal positif yang bisa kita
ambil dari cerita ini selain dari kandungan gizi yang dikandung ikan salmon.
Semoga bermanfaat.
Belajar Rendah Hati dari Nelayan·
Pada suatu
sore yang cerah, seorang cendekiawan ingin menikmati pemandangan laut dengan
menyewa sebuah perahu nelayan dari tepi pantai. Setelah harga sewa per jam
disepakati, keduanya melaut tidak jauh dari bibir pantai. Melihat nelayan terus
bekerja keras mendayung perahu tanpa banyak bicara, sang cendekiawan bertanya:
"Apa bapak pernah belajar ilmu fisika tentang energi angin dan matahari?".
"Tidak", jawab nelayan itu singkat.
Cendekiawan
melanjutkan "Ah, jika demikian bapak telah kehilangan seperempat peluang
kehidupan Bapak". Nelayan cuma mengangguk-angguk membisu.
"Apa
bapak pernah belajar sejarah filsafat?" tanya cendikiawan."Belum pernah"
jawab nelayan itu singkat sambil menggeleng-gelengkan kepalanya. Cendekiawan
melanjutkan " Ah, jika demikian bapak telah kehilangan seperempat lagi
peluang kehidupan Bapak". Si Nelayan kembali cuma mengangguk-angguk membisu.
"Apa
bapak pernah belajar dan bisa berkomunikasi dengan bahasa asing?" tanya
cendikiawan."Tidak bisa" jawab nelayan itu singkat."Aduh, jika
demikian bapak total telah kehilangan tiga perempat peluang kehidupan
Bapak".
Tiba-tiba...
.. Angin kencang bertiup keras dari tengah laut. Perahu yang mereka
tumpangi pun oleng hampir terguling. Dengan tenang Nelayan bertanya kepada
cendekiawan" Apa bapak pernah belajar berenang?" Dengan suara gemetar
dan muka pucat ketakutan, orang itu menjawab "Tidak pernah". Nelayan pun
memberi komentar dengan percaya diri "Ah, jika demikian, bapak telah
kehilangan semua peluang hidup bapak"
Pelajaran
yang dapat dipetik dari kisah di atas:list of 3 items• Jangan meninggikan diri
lebih hebat dari orang lain• Jangan sombong, sebab akan direndahkan Tuhan• Kita
semua memiliki keterbatasan dan memerlukan orang lain.
Kisah Karpet
Ada seorang
ibu rumah tangga yang memiliki 4 anak laki-laki. Urusan belanja, cucian, makan,
kebersihan & kerapihan rumah dapat ditanganinya dengan baik. Rumah tampak
selalu rapih, bersih & teratur dan suami serta anak-anaknya sangat
menghargai pengabdiannya itu.
Cuma ada
satu masalah, ibu yang pembersih ini sangat tidak suka kalau karpet di rumahnya
kotor. Ia bisa meledak dan marah berkepanjangan hanya gara-gara melihat jejak
sepatu di atas karpet, dan suasana tidak enak akan berlangsung seharian.
Padahal, dengan 4 anak laki-laki di rumah, hal ini mudah sekali terjadi dan
menyiksanya.
Atas saran
keluarganya, ia pergi menemui seorang psikolog bernama Virginia Satir, dan
menceritakan masalahnya.
Setelah
mendengarkan cerita sang ibu dengan penuh perhatian, Virginia Satir tersenyum
& berkata kepada sang ibu:
Ibu
harap tutup mata ibu dan bayangkan apa yang akan saya katakan"
Ibu
itu kemudian menutup matanya.
"Bayangkan
rumah ibu yang rapih dan karpet ibu yang bersih mengembang, tak ternoda, tanpa
kotoran, tanpa jejak sepatu, bagaimana perasaan ibu?" Sambil tetap
menutup mata, senyum ibu itu merekah, mukanya yang murung berubah cerah. Ia
tampak senang dengan bayangan yang dilihatnya.
Virginia
Satir melanjutkan; "Itu artinya tidak ada seorangpun di rumah ibu. Tak ada
suami, tak ada anak-anak, tak terdengar gurau canda dan tawa ceria mereka.”
“Rumah
ibu sepi dan kosong tanpa orang-orang yang ibu kasihi".
Seketika
muka ibu itu berubah keruh, senyumnya langsung menghilang, nafasnya mengandung
isak. Perasaannya terguncang. Pikirannya langsung cemas membayangkan apa yang
tengah terjadi pada suami dan anak-anaknya.
"Sekarang
lihat kembali karpet itu, ibu melihat jejak sepatu & kotoran di sana,
artinya suami dan anak-anak ibu ada di rumah, orang-orang yang ibu cintai ada
bersama ibu dan kehadiran mereka menghangatkan hati ibu".
Ibu
itu mulai tersenyum kembali, ia merasa nyaman dengan visualisasi tsb.
"Sekarang
bukalah mata ibu" Ibu itu membuka matanya
"Bagaimana,
apakah karpet kotor masih menjadi masalah buat ibu?"
Ibu
itu tersenyum dan menggelengkan kepalanya.
"Aku
tahu maksud anda" ujar sang ibu, "Jika kita melihat dengan sudut yang
tepat, maka hal yang tampak negatif dapat dilihat secara positif".
Sejak
saat itu, sang ibu tak pernah lagi mengeluh soal karpetnya yang kotor, karena
setiap melihat jejak sepatu disana, ia tahu, keluarga yang dikasihinya ada di
rumah.
Reframing,
yaitu bagaimana kita 'membingkai ulang' sudut pandang kita sehingga
sesuatu yang tadinya negatif dapat menjadi positif,salah satu caranya dengan
mengubah sudut pandangnya.
Renungan
Saat km
berumur 1 tahun, dia menyuapi dan memandikan.Sebagai balasannya, km menangis
sepanjang malam.
Saat kau
berumur 2 tahun, dia mengajarimu bagaimana cara berjalan.Sebagai balasannya,
kau kabur saat dia memanggilmu.
Saat kau
berumur 3 tahun, dia memasakkan semua makananmu dengan kasihsayang. Sebagai
balasannya, kau buang piring berisi makanan ke lantai.
Saat kau
berumur 4 tahun, dia memberimu pensil berwarna Sebagai balasannya,kau
coret-coret dinding rumah dan meja makan
Saat kau
berumur 5 tahun, dia membelikanmu pakaian2 yang mahal dan indah.Sebagai
balasannya, kau memakainya untuk bermain di kubangan lumpur dekatrumah
Saat kau
berumur 6 tahun, dia mengantarmu pergi ke sekolah. Sebagaibalasannya, kau
berteriak.”NGGAK MAU!!”
Saat kau
berumur 7 tahun, dia membelikanmu bola.Sebagai balasannya, kau lemparkan bola
ke jendela tetangga.
Saat kau
berumur 8 tahun, dia memberimu es krim.Sebagai balasannya, kau tumpahkan hingga
mengotori seluruh bajumu.
Saat kau
berumur 9 tahun, dia membayar mahal untuk kursus pianomu. Sebagaibalasannya,
kau sering bolos dan sama sekali tidak pernah berlatih.
Saat kau
berumur 10 tahun, dia mengantarmu ke mana saja, dari kolam renanghingga pesta
ulang tahunSebagai balasannya, kau melompat keluar mobil tanpa memberi salam.
Saat kau
berumur 11 tahun, dia mengantar kau dan teman-temanmu ke bioskop.Sebagai
balasannya, kau minta dia duduk di baris lain
Saat kau
berumur 12 tahun, dia melarangmu untuk melihat acara TV khususorang
dewasa.Sebagai balasannya, kau tunggu dia sampai di keluar rumah
Saat kau
berumur 13 tahun, dia menyarankanmu untuk memotong rambut, karenasudah
waktunyaSebagai balasannya, kau katakan dia tidak tahu mode.
Saat kau
berumur 14 tahun, dia membayar biaya untuk kempingmu selamasebulan
liburanSebagai balasannya, kau tak pernah meneleponnya..
Saat kau
berumur 15 tahun, pulang kerja ingin memelukmu Sebagaibalasannya, kau kunci pintu
kamarmu.
Saat kau
berumur 16 tahun, dia ajari kau mengemudi mobilnya.Sebagai balasannya, kau
pakai mobilnya setiap ada kesempatan tanpa pedulikepentingannya.
Saat kau
berumur 17 tahun, dia sedang menunggu telepon yang pentingSebagai balasannya,
kau pakai telepon nonstop semalaman
Saat kau
berumur 18 tahun, dia menangis terharu ketika kau lulus SMASebagai balasannya,
kau berpesta dengan temanmu hingga pagi.
Saat kau
berumur 19 tahun, dia membayar biaya kuliahmu dan mengantarmu kekampus pada
hari pertama.Sebagai balasannya, kau minta diturunkan jauh dari pintu gerbang
agar kautidak malu di depan teman-temanmu.
Saat kau
berumur 20 tahun, dia bertanya, “Dari mana saja seharian ini?”Sebagai
balasannya, kau jawab,”Ah Ibu cerewet amat sih, ingin tahu urusanorang!”
Saat kau
berumur 21 tahun, dia menyarankan satu pekerjaan yang bagus utkkarirmu di masa
depan.Sebagai balasannya, kau katakan,”Aku tidak ingin seperti Ibu.”
Saat kau
berumur 22 tahun, dia memelukmu dengan haru saat kau lulusperguruan
tinggiSebagai balasannya, kau tanya dia kapan kau bisa ke Bali.
Saat kau
berumur 23 tahun, dia membelikanmu 1set furnitur untuk rumahbarumu.Sebagai
balasannya, kau ceritakan pada temanmu betapa jeleknyafurnitur itu.
Saat kau
berumur 24 tahun, dia bertemu dengan tunanganmu dan bertanya ttgrencananya di
masa depanSebagai balasannya, kau mengeluh,”Aduuh, bagaimana Ibu ini, kok
bertanya sptitu?”
Saat kau
berumur 25 tahun, dia mambantumu membiayai penikahanmu Sebagaibalasannya, kau
pindah ke kota lain yang jaraknya lebih dari 500km.
Saat kau
berumur 30 tahun, dia memberikan beberapa nasehat bagaimanamerawat
bayimu.Sebagai balasannya, kau katakan padanya,”Bu, sekarang jamannya
sudahberbeda!”
Saat kau
berumur 40 tahun, dia menelepon untuk memberitahukan pesta ulangtahun salah seorang
kerabat.Sebagai balasannya, kau jawab,”Bu, saya sibuk sekali, nggak ada
waktu.”.
Saat kau
berumur 50 tahun, dia sakit-sakitan sehingga memerlukanperawatanmuSebagai
balasannya, kau baca tentang pengaruh negatif orang tuayang menumpang tinggal
di rumah anak-anaknya.
Dan hingga
suatu hari, dia meninggal dengan tenang, dan tiba-tiba kauteringat semua yang
belum pernah kau lakukan.
8x3=23
Yan Hui
adalah murid kesayangan Confusius yang suka belajar, sifatnya baik. Pada suatu
hari ketika Yan Hui sedang bertugas, dia melihat satu toko kain sedang
dikerumunin banyak orang. Dia mendekat dan mendapati pembeli dan penjual kain
sedang berdebat.
Pembeli
berteriak: "3x8 = 23, kenapa kamu bilang 24?
"Yan
Hui mendekati pembeli kain dan berkata: "Sobat, 3x8 = 24, tidak usah
diperdebatkan lagi".
Pembeli kain
tidak senang lalu menunjuk hidung Yan Hui dan berkata: "Siapa minta
pendapatmu? Kalaupun mau minta pendapat mesti minta ke Confusius. Benar atau
salah Confusius yang berhak mengatakan".
Yan Hui:
"Baik, jika Confusius bilang kamu salah, bagaimana?"
Pembeli
kain: "Kalau Confusius bilang saya salah, kepalaku aku potong untukmu.
Kalau kamu yang salah, bagaimana?"
Yan Hui:
"Kalau saya yang salah, jabatanku untukmu".
Keduanya
sepakat untuk bertaruh, lalu pergi mencari Confusius. Setelah Confusius tahu
duduk persoalannya, Confusius berkatakepada Yan Hui sambil tertawa:
"3x8 = 23. Yan Hui, kamu kalah. Kasihkan jabatanmu kepada dia."
Selamanya Yan Hui tidak akan berdebat dengan gurunya. Ketika mendengar Confusius
bilang dia salah, diturunkannya topinya lalu dia berikan kepada pembeli kain.
Orang itu
mengambil topi Yan Hui dan berlalu dengan puas.Walaupun Yan Hui menerima
penilaian Confusius tapi hatinya tidak sependapat. Dia merasa Confusius sudah
tua dan pikun sehingga dia tidak mau lagi belajar darinya. Yan Hui minta cuti
dengan alasan urusan keluarga. Confusius tahu isi hati Yan Hui dan memberi cuti
padanya. Sebelum berangkat, Yan Hui pamitan dan Confusius memintanya cepat
kembali setelah urusannya selesai, dan memberi Yan Hui dua nasehat : "Bila
hujan lebat, janganlah berteduh di bawah pohon. Dan jangan membunuh."
Yan Hui
bilang baiklah lalu berangkat pulang.
Di dalam
perjalanan tiba2 angin kencang disertai petir, kelihatannya sudah mau turun
hujan lebat. Yan Hui ingin berlindung di bawah pohon tapi tiba2 ingat nasehat
Confusius dan dalam hati berpikir untuk menuruti kata gurunya sekali lagi. Dia
meninggalkan pohon itu. Belum lama dia pergi, petir menyambar dan pohon itu
hancur. Yan Hui terkejut, nasehat gurunya yang pertama sudah terbukti.
Apakah saya
akan membunuh orang? Yan Hui tiba dirumahnya sudah larut malam dan tidak ingin
mengganggu tidur istrinya. Dia menggunakan pedangnya untuk membuka kamarnya.
Sesampai didepan ranjang, dia meraba dan mendapati ada seorang di sisi kiri
ranjang dan seorang lagi di sisi kanan. Dia sangat marah, dan mau menghunus
pedangnya. Pada saat mau menghujamkan pedangnya, dia ingat lagi nasehat
Confusius, jangan membunuh. Dia lalu menyalakan lilin dan ternyata yang tidur
disamping istrinya adalah adik istrinya.
Pada
keesokan harinya, Yan Hui kembali ke Confusius, berlutut dan berkata:
"Guru, bagaimana guru tahu apa yang akan terjadi?"
Confusius
berkata: "Kemarin hari sangatlah panas, diperkirakan akan turun hujan
petir, makanya guru mengingatkanmu untuk tidak berlindung dibawah pohon. Kamu
kemarin pergi dengan amarah dan membawa pedang, maka guru mengingatkanmu agar
jangan membunuh".
Yan Hui
berkata: "Guru, perkiraanmu hebat sekali, murid sangatlah kagum."
Confusius
bilang: "Aku tahu kamu minta cuti bukanlah karena urusan keluarga. Kamu
tidak ingin belajar lagi dariku. Cobalah kamu pikir. Kemarin guru bilang 3x8=23
adalah benar, kamu kalah dan kehilangan jabatanmu. Tapi jikalau guru bilang
3x8=24 adalah benar, si pembeli kainlah yang kalah dan itu berarti akan hilang
1 nyawa. Menurutmu, jabatanmu lebih penting atau kehilangan 1 nyawa yang lebih
penting?"
Yan Hui
sadar akan kesalahannya dan berkata : "Guru mementingkan yang lebih utama,
murid malah berpikir guru sudah tua dan pikun. Murid benar2 malu."
Sejak itu,
kemanapun Confusius pergi Yan Hui selalu mengikutinya.
Cerita ini
mengingatkan kita:
Jikapun aku
bertaruh dan memenangkan seluruh dunia, tapi aku kehilangan kamu, apalah
artinya
Dengan kata
lain, kamu bertaruh memenangkan apa yang kamu anggap adalah kebenaran, tapi
malah kehilangan sesuatu yang lebih penting.
Banyak hal
ada kadar kepentingannya. Janganlah gara2 bertaruh mati2an untuk prinsip
kebenaran itu, tapi akhirnya malah menyesal, sudahlah terlambat.
Banyak hal
sebenarnya tidak perlu dipertaruhkan. Mundur selangkah, malah yang didapat
adalah kebaikan bagi semua orang.
Bersikeras
melawan pelanggan. Kita menang, tapi sebenarnya kalah juga.
Bersikeras
melawan atasan. Kita menang, tapi sebenarnya kalah juga.
Bersikeras
melawan suami. Kita menang, tapi sebenarnya kalah juga.
Bersikeras
melawan teman. Kita menang, tapi sebenarnya kalah juga
Kemenangan bukanlah soal medali, tapi terlebih dulu adalah kemenangan
terhadap diri dan lebih penting kemenangan di dalam hati.
BE A WINNER!
Tidak Perlu Dijawab Hanya Ambil
Hikmahnya
Anda tidak
perlu menjawab semua pertanyaan, bacalah dan dapatkan pesan berharga.
1. Nama 5
org terkaya didunia
2. Nama 5
pemenang tropy
3. Nama 5
miss america terakhir
4. Nama 5
org pemenang nobel
5. Name 5 org
pemenang Academy Award
Susah?
Intinya
adalah, tidak ada seorangpun dr kita yg masih mengingatnya. Tepuk tangan telah
sirna, penghargaan beralih. Pencapaian telah dilupakan.
Ada kuis
lain, lihatlah bagaimana anda mengerjakan yg ini :
1. Nama 5
guru yg telah membantu anda dlm perjalanan sukses anda disekolah
2. Nama 5
teman yg membantu anda dlm waktu sulit
3. Nama 5
org yg mengajarkan anda sesuatu yg berharga
4. Nama 5
org yg membuatmu merasa dihargai dan spesial.
5. Nama 5
org yg anda sangat menikmati waktu bersamanya.
Lebih
mudah?
Pelajarannya
: org2 yg membuat perbedaan didalam hidupmu bukanlah orang2 yg memenangkan
penghargaan, tapi mereka adalah org2 yg peduli dan mengasihi anda dgn
tulus. Jadi, hargailah setiap saat yg anda miliki bersama org2
tersebut. Karna waktu selalu berjalan dan kita tdk pernah tau apa yg akan
terjadi ketika org2 tersebut dipindahkan Tuhan dr sisi kita.
5 Kualitas Pensil
Melihat
Neneknya sedang asyik menulis Adi bertanya, "Nenek sedang menulis
apa?"
Mendengar
pertanyaan cucunya, sang Nenek berhenti menulis lalu berkata, "Adi cucuku,
sebenarnya nenek sedang menulis tentang Adi. Namun ada yang lebih penting dari
isi tulisan Nenek ini, yaitu pensil yang sedang Nenek pakai. Nenek berharap Adi
dapat menjadi seperti pensil ini ketika besar nanti."
"Apa
maksud Nenek bahwa Adi harus dapat menjadi seperti sebuah pensil? Lagipula sepertinya
pensil itu biasa saja, sama seperti pensil lainnya," jawab Adi dengan
bingung.
Nenek
tersenyum bijak dan menjawab, "Itu semua tergantung bagaimana Adi melihat
pensil ini. Tahukah kau, Adi, bahwa sebenarnya pensil ini
mempunyai 5 kualitas yang bisa membuatmu selalu tenang dalam menjalani hidup."
"Apakah
Nenek bisa menjelaskan lebih detil lagi padaku?" pinta Adi
"Tentu
saja Adi," jawab Nenek dengan penuh kasih
"Kualitas pertama, pensil dapat
mengingatkanmu bahwa kau bisa melakukan hal yang hebat dalam hidup ini.
Layaknya sebuah pensil ketika menulis, kau jangan pernah lupa kalau ada tangan
yang selalu membimbing langkahmu dalam hidup ini. Kita menyebutnya tangan
Tuhan, Dia akan selalu membimbing kita menurut kehendakNya".
"Kualitas kedua, dalam proses menulis,
kita kadang beberapa kali harus berhenti dan menggunakan rautan untuk
menajamkan kembali pensil yang kita pakai. Rautan itu pasti akan membuat pensil
menderita. Tapi setelah proses meraut selesai, pensil itu akan mendapatkan
ketajamannya kembali. Begitu juga denganmu, dalam hidup ini kau harus berani
menerima penderitaan dan kesusahan, karena merekalah yang akan membuatmu
menjadi orang yang lebih baik".
"Kualitas ketiga, pensil selalu
memberikan kita kesempatan untuk mempergunakan penghapus, untuk memperbaiki
kata-kata yang salah. Oleh karena itu memperbaiki kesalahan kita dalam hidup
ini, bukanlah hal yang jelek. Itu bisa membantu kita untuk tetap berada pada
jalan yang benar".
"Kualitas keempat, bagian yang paling
penting dari sebuah pensil bukanlah bagian luarnya, melainkan arang yang ada di
dalam sebuah pensil. Oleh sebab itu, selalulah hati-hati dan menyadari hal-hal
di dalam dirimu".
"Kualitas kelima, adalah sebuah pensil
selalu meninggalkan tanda/goresan. Seperti juga Adi, kau harus sadar kalau
apapun yang kau perbuat dalam hidup ini akan meninggalkan kesan. Oleh karena
itu selalulah hati-hati dan sadar terhadap semua tindakan".
"Nah,
bagaimana Adi? Apakah kau mengerti apa yang Nenek sampaikan?"
"Mengerti
Nek, Adi bangga punya Nenek hebat dan bijak sepertimu."Begitu banyak hal
dalam kehidupan kita yang ternyata mengandung filosofi kehidupan dan menyimpan
nilai-nilai yang berguna bagi kita. Semoga memberikan manfaat.
Sabar
"Tidak
mendapatkan hasil seperti yang saya mau. Kehidupan tidak selalu sesuai dengan
apa yang kita inginkan."
Ejaan
huruf sabar terdiri dari 5 huruf S-A-B-A-R adalah sebuah kalimat yang sederhata
untuk terucap, dan mungkin kita sering berujar pada kata ini. Kata ini memang
sangat indah dan mudah untuk diucapkan secara lisan. Tapi kata sabar sangatlah
sulit ketika kita menjalaninya.Jangan salah kaprah dengan mengartikan sabar
dengan sebuah kepasrahan tanpa mau berusaha untuk melakukan sesuatu. Sebenarnya
kesabaran adalah sebuah sikap siap menerima dan tabah atau berlapang dada saat
kita mendapat sebuah ujian, atau kegagalan, atau kejatuhan pada segala sesuatu
yang menimpa kita. Untuk bisa menjadi sabar tidak ada proses yang instant, tak
ada yang tiba-tiba menjadi sabar atau tiba-tiba menjadi ikhlas. Semuanya perlu
waktu, kesadaran, dan pembelajaran terus menerus. Sampai akhirnya ia melekat
dalam diri kita menjadi karakter kita. Seperti bernafas, kita tak berpikir saat
kita bernafas. Demikian hal nya pada karakter yang melekat pada diri kita.
Kesabaran, keikhlasan, dan sifat baik lainnya. Akan mengalir saja, jika ia
tidak melekat dalam diri kita. Kita dapat menangani kebanyakan masalah karena
kita menyadari bahwa ada waktu yang memisahkan antara kita dengan tujuan kita.
Kita mungkin perlu tidur malam untuk mengerjakan tugas tugas sekolah. Kita
mungkin butuh 3 bahkan sampai 5 kali remidi/ test ulang dalam pelajaran yg kita
benci. Kita mungkin perlu mengirim sepuluh surat lamaran kerja untuk
mendapatkan pekerjaan yang benar-benar kita inginkan. Intinya adalah, bahwa
kita harus berusaha dan terus berusaha sampai kita berhasil. Kebanyakan orang
berhenti terlalu cepat. Tetaplah tekun, tetaplah sabar, konsentrasilah pada tujuan
utama kita sampai kita mampu mencapainya. 7. Sabar TERHADAP PEMBAGIAN (REZEKI)
YANG DIPEROLEHNYA adalah : Mau Menerima (Nerimo)
Kadang
kita capek sama semua pekerjaan dan tiada hentinya mengeluh dan mengeluh.
Memang hidup itu kadang susah, tp kalau dipikir pikir, hidup itu nggak akan
susah kalau kita mengerjakannya dg ikhlas dan berfikir bahwa kita dapat
melakukan pekerjaan yg berat sekalipun itu keliatannya "impossible".
Kalau nggak percaya baca aja cerita "Dialog
Antara Si Pembuat Jam dan Jam".
Terjadi
dialog antara pembuat jam dengan jam yang sedang dibuatnya.
Berikut
dialognya :
Pembuat jam : “Hai jam,apa kamu sanggup untuk
berdetak sebanyak 31.536.000 kali dalam setahun?"
Jam : “Enggak mungkin lah saya berdetak sebanyak itu!?” (jawabnya dg tersentak)
Pembuat Jam : “Baiklah, bagaimana kalau
86.400 kali dalam sehari?”
Jam : “86.400 kali? Dengan jarum yang kecil-kecil begini?” (jawabnya dg keraguan)
Pembuat Jam : “Kalau begitu cukup berdetak
3.600 kali dalam satu jam, pasti kamu sanggup!”
Jam : “Sepertinya saya masih belum sanggup
berdetak sebanyak itu dalam sejam.” (masih saja bimbang dg kemampuannya)
Akhirnya si pembuat jam berkata, “Sudahlah, sanggupkah kamu berdetak satu kali
saja setiap detik?”
Jam itu sontak
menjawab, “Naah, kalau cuma sekali
sedetik sih aku sanggup, kapan aku mulai bekerja?”
Pembuat jam : “Sekarang!”
- Setelah selesai dibuat, jam itu pun berdetak satu kali setiap detik. Lalu berdetak terus sampai 3.600 kali dalan satu jam. Berlanjut lagi sampai 86.400 kali dalam sehari. Dan tanpa terasa jam itu telah berdetak 31.536.000 kali dalam setahun.
Hikmah dan Pelajaran
Belajar
dari jam, kadangkala kita ragu terhadap tugas dan pekerjaan yang kita anggap
terlalu berat untuk dilakukan, padahal kita belum mencobanya. Karena itu jangan
pernah berkata ‘tidak bisa’ terhadap setiap pekerjaan yang kita anggap berat
dan sulit. Sebenarnya kita hanya butuh keberanian untuk mencoba, selanjutnya
semua berjalan dan mengalir seperti air.
Banyak
gagasan dan pekerjaan besar yang terasa berat untuk dimulai. Maka cobalah
memulai dari hal yang kecil dan ringan. Kemudian mulailah membangun sistem dan
mekanisme kerja yang baik agar segala sesuatunya berjalan dengan maksimal dan
agar keberhasilan itu juga berguna bagi orang-orang di sekitar kita.
Bagaimana
caranya untuk memulai? Ya sudah, mulai saja. Bahasa kerennya, start action!
I Love Me
Ada
orang-orang yang kurang percaya diri. Biasanya mereka disebut minder. Tapi ada
juga yang sama sekali tak dapat menerima dirinya, yang tak bisa menyukai diri
sendiri, yang selalu menemukan sesuatu di dalam diri yang membuatnya tidak
puas... bahkan membenci dirinya sendiri! Saya tidak tahu mereka itu disebut
apa. Tapi ternyata cukup banyak orang yang terkena “virus” itu dan masa kini
penyebarannya telah mencapai tingkat wabah! Menyedihkan, namun sungguh itulah
yang merampas kebahagiaan sejati dari banyak orang.
Masalahnya
adalah jika kita tidak bisa menerima diri sendiri apa adanya, dan bahkan tidak
bisa menyukai diri kita, maka kita mulai mencari topeng, alias suatu alternatif
yang akan membuat kita merasa nyaman. Misalnya koleksi barang bermerek. Ada
orang-orang yang menjadikan barang-barang branded itu sebagai simbol statusnya.
Seorang pemilik handphone Vertu, handphone fashion yang harganya bisa sampai
ratusan juta, saat ditanya mengapa dia punya hape mahal seperti itu, menjawab,
“Ya gimana ya, barang kayak gini kan jarang, limited, jadi kalo kita punya, wah
kesannya sih keren. Kita merasa hebat dan berharga karena barangnya berharga!”
Bagi orang ini, barang dan aksesori menentukan identitasnya!
Ada seorang
yang bangga menjadi pemilik mobil BMW. Setelah dia dapat tempat parkir, dia
sedang keluar dari mobilnya dan tiba-tiba ada mobil lain dari belakang datang
dengan kecepatan sangat tinggi menabrak dan menghancurkan pintu mobilnya
bersama dengan seluruh lengannya! Saat polisi datang untuk memeriksa
kecelakaan, mereka melihat pria ini berteriak dengan histeris sambil memandang
mobilnya itu, “Ya ampun, mobil saya! Mobil saya! Hancur!” Seorang polisi
menyapanya, “Maaf Bapak, apa Bapak tidak sadar kehilangan lengannya?” Saat ia
melihat bahwa memang tangannya sudah tidak ada, ia berteriak, “Ya ampun, dimana
jam-tangan Rolex saya?” Kita bisa
menjadi begitu terobsesi dengan yang tidak penting sehingga kita kehilangan
fokus dan prioritas! Dan akhirnya itulah yang menjadi kacamata gelap
yang mewarnai pandangan kita baik terhadap diri sendiri maupun terhadap sesama.
Jadi mengapa
kita harus sungguh-sungguh menyukai dan mengasihi diri sendiri apa adanya?
Karena kita begitu disukai dan dikasihi Tuhan apa adanya. Bagi-Nya kita
lebih penting dari segalanya dan kita sangat berharga di mata-Nya.
Jelas kita
ini ada tempat yang istimewa di dalam Hati Allah. Jika kita begitu
dikasihi-Nya, tak ada alasan lagi untuk memakai topeng atau barang yang
branded.
Kisah 2 Tukang Sol Sepatu
Mang Udin,
begitulah dia dipanggil, seorang penjual jasa perbaikan sepatu yang sering
disebut tukang sol. Pagi buta sudah melangkahkan kakinya meninggalkan anak dan
istrinya yang berharap, nanti sore hari mang Udin membawa uang untuk membeli
nasi dan sedikit lauk pauk. Mang Udin terus menyusuri jalan sambil berteriak
menawarkan jasanya. Sampai tengah hari, baru satu orang yang menggunakan
jasanya. Itu pun hanya perbaikan kecil.
Perut mulai
keroncongan. Hanya air teh bekal dari rumah yang mengganjal perutnya. Mau beli
makan, uangnya tidak cukup. Hanya berharap dapat order besar sehingga bisa
membawa uang ke rumah. Perutnya sendiri tidak dia hiraukan.
Di tengah
keputusasaan, dia berjumpa dengan seorang tukan sol lainnya. Wajahnya cukup
berseri. “Pasti, si Abang ini sudah dapat uang banyak nich.” pikir mang Udin.
Mereka berpapasan dan saling menyapa. Akhirnya berhenti untuk bercakap-cakap.
“Bagaimana
dengan hasil hari ini bang? Sepertinya laris nich?” kata mang Udin memulai
percakapan.
“Alhamdulillah.
Ada beberapa orang memperbaiki sepatu.” kata tukang sol yang kemudian diketahui
namanya Bang Soleh.
“Saya baru
satu bang, itu pun cuma benerin jahitan.” kata mang Udin memelas.
“Alhamdulillah,
itu harus disyukuri.”
“Mau
disyukuri gimana, nggak cukup buat beli beras juga.” kata mang Udin sedikit
kesal.
“Justru
dengan bersyukur, nikmat kita akan ditambah.” kata bang Soleh sambil tetap
tersenyum.
“Emang
begitu bang?” tanya mang Udin, yang sebenarnya dia sudah tahu harus banyak
bersyukur.
“Insya
Allah. Mari kita ke Masjid dulu, sebentar lagi adzan dzuhur.” kata bang Soleh
sambil mengangkat pikulannya.
Mang udin
sedikit kikuk, karena dia tidak pernah “mampir” ke tempat shalat.
“Ayolah,
kita mohon kepada Allah supaya kita diberi rezeki yang barakah.”
Akhirnya,
mang Udin mengikuti bang Soleh menuju sebuah masjid terdekat. Bang Soleh begitu
hapal tata letak masjid, sepertinya sering ke masjid tersebut.
Setelah
shalat, bang Soleh mengajak mang Udin ke warung nasi untuk makan siang. Tentu
saja mang Udin bingung, sebab dia tidak punya uang. Bang Soleh mengerti,
“Ayolah,
kita makan dulu. Saya yang traktir.”
Akhirnya mang
Udin ikut makan di warung Tegal terdekat. Setelah makan, mang Udin berkata,
“Saya tidak
enak nich. Nanti uang untuk dapur abang berkurang dipakai traktir saya.”
“Tenang
saja, Allah akan menggantinya. Bahkan lebih besar dan barakah.” kata bang Soleh
tetap tersenyum.
“Abang
yakin?”
“Insya
Allah.” jawab bang soleh meyakinkan.
“Kalau
begitu, saya mau shalat lagi, bersyukur, dan mau memberi kepada orang lain.”
kata mang Udin penuh harap.
“Insya
Allah. Allah akan menolong kita.” Kata bang Soleh sambil bersalaman dan
mengucapkan salam untuk berpisah.
Keesokan
harinya, mereka bertemu di tempat yang sama. Bang Soleh mendahului menyapa.
“Apa kabar
mang Udin?”
“Alhamdulillah,
baik. Oh ya, saya sudah mengikuti saran Abang, tapi mengapa koq penghasilan
saya malah turun? Hari ini, satu pun pekerjaan belum saya dapat.” kata mang
Udin setengah menyalahkan.
Bang Soleh
hanya tersenyum. Kemudian berkata,
“Masih ada
hal yang perlu mang Udin lakukan untuk mendapat rezeki barakah.”
“Oh ya, apa
itu?” tanya mang Udin penasaran.
“Tawakal,
ikhlas, dan sabar.” kata bang Soleh sambil kemudian mengajak ke Masjid dan
mentraktir makan siang lagi.
Keesokan
harinya, mereka bertemu lagi, tetapi di tempat yang berbeda. Mang Udin yang
berhari-hari ini sepi order berkata setengah menyalahkan lagi,
“Wah, saya
makin parah. Kemarin nggak dapat order, sekarang juga belum. Apa saran abang
tidak cocok untuk saya?”
“Bukan
tidak, cocok. Mungkin keyakinan mang Udin belum kuat atas pertolongan Allah.
Coba renungkan, sejauh mana mang Udin yakin bahwa Allah akan menolong kita?”
jelas bang Soleh sambil tetap tersenyum.
Mang Udin
cukup tersentak mendengar penjelasan tersebut. Dia mengakui bahwa hatinya
sedikit ragu. Dia “hanya” coba-coba menjalankan apa yang dikatakan oleh bang
Soleh.
“Bagaimana
supaya yakin bang?” kata mang Udin sedikit pelan hampir terdengar.
Rupanya,
bang Soleh sudah menebak, kemana arah pembicaraan.
“Saya mau
bertanya, apakah kita janjian untuk bertemu hari ini, disini?” tanya bang
Soleh.
“Tidak.”
“Tapi
kenyataanya kita bertemu, bahkan 3 hari berturut. Mang Udin dapat rezeki bisa
makan bersama saya. Jika bukan Allah yang mengatur, siapa lagi?” lanjut bang
Soleh. Mang Udin terlihat berpikir dalam. Bang Soleh melanjutkan, “Mungkin, sudah banyak petunjuk dari Allah,
hanya saja kita jarang atau kurang memperhatikan petunjuk tersebut. Kita tidak
menyangka Allah akan menolong kita, karena kita sebenarnya tidak berharap. Kita
tidak berharap, karena kita tidak yakin.”
Mang Udin
manggut-manggut. Sepertinya mulai paham. Kemudian mulai tersenyum.
“OK dech,
saya paham. Selama ini saya akui saya memang ragu. Sekarang saya yakin. Allah
sebenarnya sudah membimbing saya, saya sendiri yang tidak melihat dan tidak
mensyukurinya. Terima kasih abang.” kata mang Udin, matanya terlihat
berkaca-kaca.
“Berterima kasihlah
kepada Allah. Sebentar lagi dzuhur, kita ke Masjid yuk. Kita mohon ampun dan
bersyukur kepada Allah.”
Mereka pun
mengangkat pikulan dan mulai berjalan menuju masjid terdekat sambil diiringi
rasa optimist bahwa hidup akan lebih baik.
Jadikan Hidupmu seperti Air
Sebuah kisah
nan inspiratif, tentang Air dan persahabatannya dengan besi. Tentunya para
pembaca penasaran akan judul di atas. Mengapa kita harus menjadikan hidup
ini seperti air? Apa kelebihan yang dimiliki air? Apakah pantas kita jadikan
salah satu pedoman hidup kita? Simak cerita berikut ini….
Ada dua
benda yang bersahabat karib yaitu besi dan air. Besi seringkali berbangga akan
dirinya sendiri. Ia sering menyombong kepada sahabatnya : "Lihat ini aku,
kuat dan keras. Aku tidak seperti kamu yang lemah dan lunak". Air hanya
diam saja mendengar tingkah sahabatnya.
Suatu hari
besi menantang air berlomba untuk menembus suatu gua dan mengatasi segala
rintangan yang ada di sana . Aturannya : "Barang siapa dapat melewati gua
itu dengan selamat tanpa terluka maka ia dinyatakan menang" Besi dan air
pun mulai berlomba : Rintangan pertama mereka ialah mereka harus melalui
penjaga gua itu yaitu batu-batu yang keras dan tajam. Besi mulai menunjukkan
kekuatannya, Ia menabrakkan dirinya ke batu-batuan itu.Tetapi karena
kekerasannya batu-batuan itu mulai runtuh menyerangnya dan besipun banyak
terluka di sana sini karena melawan batu-batuan itu.
Air
melakukan tugasnya ia menetes sedikit demi sedikit untuk melawan bebatuan itu,
ia lembut mengikis bebatuan itu sehingga bebatuan lainnya tidak terganggu dan
tidak menyadarinya, ia hanya melubangi seperlunya saja untuk lewat tetapi tidak
merusak lainnya.
Score air
dan besi 1 : 0 untuk rintangan ini. Rintangan kedua mereka ialah mereka harus
melalui berbagai celah sempit untuk tiba di dasar gua. Besi merasakan
kekuatannya, ia mengubah dirinya menjadi mata bor yang kuat dan ia mulai
berputar untuk menembus celah-celah itu. Tetapi celah-celah itu ternyata cukup
sulit untuk ditembus, semakin keras ia berputar memang celah itu semakin hancur
tetapi iapun juga semakin terluka.
Air dengan
santainya merubah dirinya mengikuti bentuk celah-celah itu. Ia mengalir santai
dan karena bentuknya yang bisa berubah ia bisa dengan leluasa tanpa terluka
mengalir melalui celah-celah itu dan tiba dengan cepat didasar gua. Score air
dan besi 2 : 0
Rintangan
ketiga ialah mereka harus dapat melewati suatu lembah dan tiba di luar gua besi
kesulitan mengatasi rintangan ini, ia tidak tahu harus berbuat apa, akhirnya ia
berkata kepada air : "Score kita 2 : 0, aku akan mengakui kehebatanmu jika
engkau dapat melalui rintangan terakhir ini !"
Airpun
segera menggenang sebenarnya ia pun kesulitan mengatasi rintangan ini,tetapi
kemudian ia membiarkan sang matahari membantunya untuk menguap. Ia terbang
dengan ringan menjadi awan, kemudian ia meminta bantuan angin untuk meniupnya
kesebarang dan mengembunkannya. Maka air turun sebagai hujan. Air menang telak
atas besi dengan score 3 : 0.
Jadikanlah
hidupmu seperti air. Ia dapat memperoleh sesuatu dengan kelembutannya tanpa
merusak dan mengacaukan karena dengan sedikit demi sedikit ia bergerak tetapi
ia dapat menembus bebatuan yang keras. Ingat hati seseorang hanya dapat dibuka
dengan kelembutan dan kasih bukan dengan paksaan dan kekerasan.
Kekerasan
hanya menimbulkan dendam dan paksaan hanya menimbulkan keinginan untuk membela
diri.
Air selalu
merubah bentuknya sesuai dengan lingkungannya, ia flexibel dan tidak kaku
karena itu ia dapat diterima oleh lingkungannya dan tidak ada yang bertentangan
dengan dia. Air tidak putus asa, Ia tetap mengalir meskipun melalui celah
terkecil sekalipun. Ia tidak putus asa. Dan sekalipun air mengalami suatu
kemustahilan untuk mengatasi masalahnya, padanya masih dikaruniakan kemampuan
untuk merubah diri menjadi uap.
Baca
“Alhamdulillah” usai Bersin, Ternyata ada kajian ilmiahnya
Entah
kenapa, kemaren terlintas dipikiranku. Kenapa sih, setelah bersin kita harus
membaca Alhamdulillah? Kenapa tidak yang lainnya? Masya Allah, atau
Astaghfirullah ? Atau yang lainnya? Toh juga sama-sama baiknya. Hmm, usut punya
usut, selain bersumber pada hadis Rasulullah SAW, ternyata setelah dikaji
secara ilmiah, ada hubungannya. Lalu apakah hubungan Bersin dan Alhamdulillah,
serta kajiannya dalam hal ilmiah?
Sebelumnya,
aku jelasin dulu ya, asal-usul bersin.
Bersin
adalah keluarnya udara dengan keras (kecepatannya sampe 250km/jam bung, atau
sekitar 70m/s ). Sekali bersin, ada 40.000 butir air (ludah) yang keluar.
Makannya, klo bersin ditutup mulutnya, daripada ntar nyebar ke mana2. Tapi,
sebenarnya, dengan bersin ini, menyebabkan hidung tetap bersih. Coz, bersin
juga mengeluarkan benda2 asing di hidung.
Nah, itu
sekilas tentang bersin. Trus, kenapa kita mesti membaca Alhamdulillah???
Jawabannya dah cukup jelas di sini:
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ta’alaa anhu, Rasulullah bersabda,
“Sungguh Allah mencintai orang yang bersin dan membenci orang yang menguap,
maka jika kalian bersin maka pujilah Allah, maka setiap orang yang mendengar
pujian itu untuk menjawabnya; adapun menguap, maka itu dari syaitan, maka
lawanlah itu sekuat tenagamu. Dan apabil seseorang menguap dan terdengar bunyi:
Aaaa, maka syaitan pun tertawa karenanya”. Shahih Bukhari, 6223.
Tuh, dah
jelas, bahwa karena Allah mencintai orang yang bersin, maka kita harus membalas
cintaNya dengan membaca Alhamdulillah. By the way, g hanya alhamdulillah aja.
Bisa juga yang lainnya. Seperti ini:
- Alhamdulillahi Rabbil ‘alamin (segala puji bagi Allah Rabb semesta alam).
- Alhamdulillah ‘ala kulli haal (segala puji bai Allah dalam setiap keadaan)
- Alhamdulillahi hamdan katsiiran thayyiban mubaarakan fiihi, mubaarakan ‘alaihi kamaa yuhibbu Rabbuna wa yardhaa” (segala puji bagi Allah dengan pujian yang banyak lagi penuh berkah dan diberkahi, sebagaimana yang dicintai dan diridhai oleh Rabb kami). Trus, seandainya ada temen kita yang bersin, kita pun harus tanggap menjawab rasa syukurnya, yaitu dengan ini :
alhamdullillah,” maka kita wajib mendoakannya
dengan membaca “yarhamukallah” (semoga Allah merahmatimu). Hukum tasymit ini
adalah wajib bagi setiap orang yang mendengar seorang muslim yang bersin
kemudian mengucapkan “alhamdullillah.” Setelah orang lain mendoakannya, orang
yang bersin tadi dianjurkan untuk mengucapkan salah satu doa sebagai berikut:
Yahdikumullah wa yushlih baalakum
(mudah-mudahan Allah memberikan hidayah kepada kalian dan memperbaiki keadaan
kalian).
Yaghfirulahu lanaa wa lakum (mudah-mudahan
Alah mengampuni kita dan kalian semua).
Yaghfirullaah lakum (semoga Allah mengampuni
kalian semua).
Yarhamunnallah wa iyyaakum wa yaghfirullaahu
wa lakum (semoga Allah memberi rahmat kepada kami dan kamu sekalian, serta
mengampuni kami dan mengampuni kalian).
Aafaanallah wa iyyaakum minan naari
yarhamukumullaah (semoga Allah menyelamatkan kami dan kamu sekalian dari api
neraka, serta memberi rahmat kepada kamu sekalian).
Yarhamunnallah wa iyyaakum (semoga Allah
memberi rahmat kepada kami dan kepada kalian semua).
Kalo aku
sih, biasa pake yang no 1 ditambah yang kedua.
KAJIAN ILMIAHNYA GIMANA DONG???
Nah, masalah
kita harus mengucapkan Alhamdulillah, telah dibuktikan oleh beberapa mahasiswa
dari sebuah universitas di Amerika yang membuat penelitian tentang bersin ini.
Mereka ingin tau kenapa manusia bersyukur dan saling mendoakan pada saat bersin.
Dari hasil penelitian, ternyata pada saat bersin jantung manusia berhenti
berdetak NOL KOMA SEKIAN DETIK. Dan kita tau kalau jantung merupakan organ
vital bagi manusia, maka dari itu hendaknya ketika kita bersin mengucap
"Alhamdulillah" (segala puji bagi Allah) sebagai wujud syukur kita
kepada Allah SWT. Sedangkan orang yang mendengarnya mendo'akan
"yarhamukallooh" (semoga Allah merahmatimu), sedangkan orang yg
bersin membalas doa'nya "yahdiikumullooh wayushlih baalakum" (semoga
Allah memberi petunjuk kepadamu dan memperbaiki keadaanmu).
Sebuah kisah
yang begitu inspiratif. Tentang persahabtan dua makhluk Allah, yang akhirnya
harus berakhir dengan kematian salah satunya, karena kelicikan dan
penghkhianatan dari salah satu makhluk Allah tersebut. Bagaimanakah ceritanya?
Suatu hari,
sebatang pohon alpukat menikmati sejuknya udara sore. Tiba-tiba keasyikannya
terusik oleh sapaan dari sebutir biji benalu yang sedang diterbangkan angin
kian kemari. "Selamat sore Kat", sapa benalu. "Oh, kamu Lu,
selamat sore juga", balas alpukat. "Wah Kat, sekarang kamu sudah
besar,ranting-rantingmu banyak, daunmu lebat, buahmu besar-besar", puji
benalu. "Iya Lu, itu karena akar-akar saya banyak dan rajin menghisap sari-sari
makanan dari dalam tanah", kata alpukat dengan bangga.
Kemudian
benalu melanjutkan, "Hampir sepanjang hari saya diterbangkan angin,
rasanya badan saya capek sekali, boleh tidak saya beristirahat di salah satu
rantingmu, satu malam saja?". Tanpa berpikir panjang alpukat langsung
mengabulkan permohonan sang benalu, "Jangankan satu benalu kecil, lima
puluhpun saya masih tidak terasa,' pikir alpukat.
Maka sejak
itu benalu tinggal di pohon alpukat dan tanpa disadari oleh alpukat, benalu
makin hari makin besar dan beranak banyak. Suatu hari alpukat melihat tubuhnya
sudah kurus kering, saat itulah alpukat sadar bahwa benalu sudah merugikan
dirinya. Lalu alpukat memutuskan untuk menyuruh benalu meninggalkan tubuhnya.
"Kat, semua akar-akar saya sudah tertancap dalam tubuhmu jadi jangan
pernah bermimpi kalau saya akan memenuhi permintaanmu", kata benalu sambil
tertawa. Semakin hari Alpukat makin kurus dan akhirnya mati karena benalu terus
menghisap makanan dari tubuh alpukat tanpa belas kasihan.
Banyak orang
yang bertindak seperti alpukat ini, waktu dosa-dosa kecil datang menggoda, dan
hadir dengan segala daya tariknya, mereka tidak langsung menolaknya, mereka
pikir, 'Ah itu hanya dosa kecil saja, tidak akan memengaruhi keimanan saya'.
Saya akan tetap rajin berdoa.
Terbukti
bahwa setiap orang yang meremehkan dosa, yang kecil sekalipun, akan terjerat
oleh dosa yang lebih besar lagi. Satu hal yang harus kita ingat, kalau hari ini
kita melakukan satu dosa kecil, dosa kecil tersebut makin lama akan menjadi
besar dan melahirkan dosa-dosa lain karena salah satu sifat dosa adalah
melahirkan dosa. "Jangan merasa
diri kuat iman sehingga Anda bebas bermain-main dengan dosa. Setiap perbuatan
dosa, harus kita jauhi dan hindari, sekecil apapun !”
Kisah Penjual Ikan
Seseorang
mulai berjualan ikan segar dipasar. Ia memasang papan pengumuman bertuliskan
"Disini Jual Ikan Segar"
Tidak lama
kemudian datanglah seorang pengunjung yang menanyakan tentang tulisannya.
"Mengapa kau tuliskan kata :DISINI ? Bukankah semua orang sudah tau kalau
kau berjualan DISINI , bukan DISANA?"
"Benar
juga!" pikir si penjual ikan, lalu dihapusnya kata "DISINI" dan
tinggallah tulisan "JUAL IKAN SEGAR".
Tidak
lama kemudian datang pengunjung kedua yang juga menanyakan tulisannya.
"Mengapa
kau pakai kata SEGAR ? bukankah semua orang sudah tau kalau yang kau jual
adalah ikan segar, bukan ikan busuk?"
"Benar
juga" pikir si penjual ikan, lalu dihapusnya kata "SEGAR"
dantinggallah tulisan "JUAL IKAN"
Sesaat
kemudian datanglah pengunjung ke tiga yang juga menanyakantulisannya : "Mengapa
kau tulis kata JUAL? Bukankah semua orang sudah tau kalau ikan ini untuk
dijual, bukan dipamerkan?"
Benar
juga pikir si penjual ikan,, lalu dihapusnya kata JUAL dan tinggalahtulisan
"IKAN"
Selang
beberapa waktu kemudian, datang pengunjung ke 4, yang juga menanyakan
tulisannya : "Mengapa kau tulis kata IKAN?, bukankah semua orang sudah tau
kalau ini Ikan bukan Daging?"
"Benar
juga" pikir si penjual ikan, lalu diturunkannya papan pengumuman itu.
Bila
kita ingin memuaskan semua orang, maka yakinlah itu hal yang mustahil.... atau
bahkan kita malah justru merugikan diri sendiri
Sudah
menjadi fitrah manusia untuk berbeda pendapat. Terbukti perumahan mungil2 yang
dulunya sama semua, dalam hitungan tahun sudah menjadi beda semua...
Jadi
utamakan suara hati anda... biarlah orang lain berpendapat..., tapi saringlah,
cerna kembali pendapat mereka... apakah sesuai dengan kata hati anda?... jika
tidak, maka tegaslah tuk mengatakan... "Tidak!... maaf" :)
Trimakasih
telah membaca... Salam Motivasi...!
Rahasia Kehidupan adl Memberi dan
Berbagi
Sunnah
kehidupan mengharuskan adanya strata sosial. Namun perbedaan strata sosial
bukanlah pembenar atas prilaku egoisme. Dengan perbedaan ini manusia dapat
hidup dengan indah dan harmoni bila saja mereka mau saling berbagi dan memberi.
Namun
seringkali manusia hanya berpikir, ‘bagaimana caranya saya bisa mendapatkan’,
bukan ‘bagaimana saya bisa memberi’. Padahal hujan turun dari awan ke
bumi karena bumi telah memberikan uap airnya kepada awan. Artinya, kita bisa
menerima karena kita telah memberi.
Jika kita
berkata kepada tanah, “berilah kami tanaman, berilah kami sayuran, berilah kami
buah-buahan.” Maka tanah akan menjawab, “Maaf, saya tidak bisa memberi
anda apapun, anda belum mengenal saya, apalagi memberikan sesuatu kepada saya.
Seharusnya anda menanami saya benih, menyiram saya, memupuk dan memelihara
saya. Setelah itu barulah saya akan memberikan tanaman, sayuran, dan
buah-buahan kepada anda.”
Memberi atau
berbagi adalah pekerjaan mulia, dan memberi tidak harus dikerdilkan dengan
materi. Memberi adalah sebuah dorongan hati yang tulus untuk saling mengisi
ruang-ruang kosong dalam kehidupan insan. Memberi adalah sebuah ketulusan tanpa
mengharap balasan ataupun sekedar pujian kecuali hanya dari Allah.
Berikanlah
sesuatu walau hanya senyuman manis kepada orang lain, niscaya anda akan
mendapatkan lebih baik dari sekedar senyum manis. Yakinlah tidak ada yang remeh
di hadapan Allah jika dilakukan dengan hati yang tulus ikhlas.
Kekuatan Tanpa Kekerasan
Berikut ini
adalah kisah Dr. Arun Gandhi ketika remaja. Ia adalah cucu dari Mahatma Gandhi
seorang tokoh terkenal dari India.
Ketika itu
ia baru berusia 16 tahun dan tinggal bersama orang tua di sebuah lembaga yang
didirikan oleh kakeknya. Tepatnya di tengah-tengah kebun tebu, jauh di
pedalaman, 18 mil di luar kota Durban, Afrika Selatan. Bila ada kesempatan
pergi ke kota, ia sangat senang sekali. Karena kesempatan seperti itu
adalah kesempatan yang langka, ia akan menggunakan kesempatan itu untuk
mengunjungi teman atau menonton bioskop.
Suatu hari,
sang ayah memintanya mengantarnya ke kota untuk menghadiri konferensi sehari
penuh. Ia sangat gembira dengan kesempatan itu. Mengetahui hal itu, sang ibu
memberikan daftar belanja dan memintanya berbelanja barang kebutuhan. Sang ayah
juga memintanya untuk mengerjakan beberapa pekerjaan yang lama tertunda,
seperti memperbaiki mobil di bengkel.
Pagi itu,
setiba di tempat konferensi, sang ayah berkata, “Ayah tunggu kau disini jam 5
sore. Lalu kita akan pulang ke rumah bersama-sama.” Segera saja Ia
menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan yang diberikan oleh ayah dan ibunya.
Kemudian, ia pergi ke bioskop. Wah, ia benar-benar terpikat dengan dua
permainan John Wayne sehingga lupa akan waktu.
Begitu
melihat jam menunjukkan pukul 17:30, langsung ia berlari menunju bengkel mobil
dan terburu-buru menjemput sang ayah yang sudah menunggunya. Saat itu sudah
hampir pukul 18:00. Dengan gelisah sang ayah menanyainya, “Kenapa kau
terlambat?”
Ia sangat
malu untuk mengakui bahwa ia menonton film John Wayne sehingga ia menjawab,
“Tadi, mobilnya belum siap sehingga saya harus menunggu.” Padahal, ternyata
tanpa sepengetahuannya, sang ayah telah menelepon bengkel mobil itu. Dan, kini
ayah tahu kalau ia berbohong.
Lalu sang
ayah berkata, “Ada sesuatu yang salah dalam membesarkan kau sehingga kau tidak
memiliki keberanian untuk menceritakan kebenaran pada ayah. Untuk menghukum
kesalahan ayah ini, ayah akan pulang ke rumah dengan berjalan kaki sepanjang 18
mil dan memikirkannya baik-baik.”
Lalu, dengan
tetap mengenakan pakaian dan sepatunya, sang ayah mulai berjalan kaki pulang ke
rumah. Padahal hari sudah gelap, sedangkan jalanan sama sekali tidak rata. Ia
tidak bisa meninggalkan ayahnya, maka selama lima setengah jam, ia mengendarai
mobil pelan-pelan di belakang ayahnya, melihat penderitaan yang dialami oleh
sang ayah hanya karena kebohongan bodoh yang ia lakukan. Sejak itu ia tidak
akan pernah berbohong lagi.
“Sering kali
ia berpikir mengenai peristiwa ini dan merasa heran. Seandainya sang Ayah
menghukumnya sebagaimana orang-orang kebanyakan menghukum anak-anaknya, maka
apakah ia akan mendapatkan sebuah pelajaran mengenai tanpa kekerasan? Ia kira
tidak. Ia akan menderita atas hukuman itu dan melakukan hal yang sama lagi.
Tetapi, hanya dengan satu tindakan tanpa kekerasan yang sangat luar biasa,
sehingga ia merasa kejadian itu baru saja terjadi kemarin. Itulah kekuatan
tanpa kekerasan.”
Waktu itu kehidupan
Seandainya
saya memberikan kepada setiap orang, termasuk anda, modal berupa uang sebesar
24 dinar setiap hari, lalu saya mengharuskan agar uang itu anda habiskan dalam
hari itu juga tanpa boleh tersisa sepeserpun, akan anda gunakan untuk apa uang
pemberian saya itu?
Sebagian
orang mungkin akan menghabiskan uang itu untuk membeli berbagai keperluan
dirinya seperti makanan, pakaian, perhiasan atau apapun. Bahkan mungkin tidak
sedikit yang akan menggunakan uang itu untuk bersenang-senang dan berfoya-foya.
Itu terserah saja.
Begitulah
perumpamaan waktu yang Allah berikan kepada kita. Setiap kita diberikan modal
berupa waktu 24 jam sehari untuk kita gunakan sampai habis. Jatah
waktu hari ini harus kita habiskan hari ini juga, sebab jatah waktu tersebut
tidak bisa kita tabung untuk esok hari.
Akan tetapi
Allah akan meminta tanggungjawab kita terhadap waktu yang telah Dia berikan.
Setiap detik yang kita gunakan, kelak akan ditanyakan kepada kita.
Untuk apa saja kita habiskan, untuk kebaikankah atau untuk kejahatan? Sudahkah
kita memaksimalkan waktu atau bahkan menyiakan dan membiarkan waktu hilang
begitu saja tanpa makna?
Semua yang
hilang dapat dicari kembali. Tetapi waktu yang telah hilang, tak akan pernah
kembali lagi. Waktu adalah uang, times is money, begitu kata pepatah. Tentu
kita tak rela bila orang lain mencuri uang kita bukan? Namun ironisnya,
seringkali kita membiarkan orang lain mencuri waktu kita. Padahal waktu jauh
lebih berharga daripada uang.
Coba kita
hitung, membuang waktu 30 menit sehari sama dengan membuang waktu 26 hari dalam
setahun. Menghabiskan waktu 2 jam sehari di depan televisi, sama saja
dengan membuang waktu 3,5 bulan dalam setahun. Bayangkan, umur kita bertambah
tua, amal kita tidak bertambah, malah dosa kita semakin banyak.
Karena itu,
ambillah waktu untuk beribadah, karena ia sumber ketenangan. Ambillah waktu
untuk bekerja, karena ia adalah harga kesuksesan. Ambillah waktu untuk membaca,
karena ia merupakan pangkal kebijaksanaan. Namun jangan sekali-kali melalaikan
waktu, karena ia sumber dari segala kerugian.
Hendaklah kita ingat! Waktu adalah kehidupan. Karena itu, kejahatan terbesar di dunia ini adalah
membunuh waktu dengan kesia-siaan.
“Demi masa.
Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian. Kecuali orang yang beriman
dan beramal sholeh.” (QS. al
Ashr ayat 1-3)
Kisah Pencari Kayu
Di hutan belantara
ada seorang pencari kayu sedang asyik mengumpulkan kayu, tiba-tiba datang
seekor harimau hendak menerkamnya. Tanpa pikir panjang si pencari kayu itupun
lari sekencang-kencangnya untuk menyelamatkan diri. Dalam keadaan sangat panik,
kakinya terperosok dan ia jatuh kedalam sebuah jurang.
Beruntunglah
ia masih sempat menggapai akar pohon yang menjuntai lalu menggenggamnya dengan
kuat. Sementara ia berpegangan pada akar, sang harimau tetap menunggunya
dimulut jurang dengan taringnya yang tajam siap memangsa si pencari kayu
kapanpun juga. Tiba-tiba pula datang dua ekor tikus berwarna putih dan hitam
yang mengerogoti akar yang sedang digenggam oleh si pencari kayu, sehingga lama
kelamaan akar itu menjadi rapuh. Saat bersamaan ia menengok kedasar jurang
ternyata disana banyak ular berbisa yang siap menggigit dan memangsanya ketika
ia terjatuh.
Disaat
genting itu ia mendongak karena ada sesuatu yang menetes dari atas kepalanya.
Ternyata ada madu yang menetes dari sarang lebah sebuah pohon di atas mulut jurang.
Si pencuri kayupun membuka mulutnya dan meminum madu yang menetes ke dalam
mulutnya. Karena rasa lapar, ia sangat menikmati madu tersebut sampai-sampai ia
lupa akan bahaya yang mengancam disekelilingnya.
Hikmah dan Pelajaran
Cerita di
atas sangat menarik untuk kita jadikan sebuah perumpamaan hidup. Si pencari
kayu itu adalah gambaran seorang manusia, harimau adalah kematian yang selalu
mengejarnya kapanpun dan dimanapun. Akar pohon adalah ibarat umur manusia yang
selalu berkurang digerogoti oleh tikus putih (waktu siang) dan tikus hitam
(waktu malam). Umur manusia selalu berkurang tapi amal kebaikan tidak
bertambah, justru perbuatan dosa semakin ditumpuk menggunung tinggi.
Sementara
ular-ular berbisa di dasar jurang ibarat siksaan dan azab yang telah disediakan
Allah bagi manusia pendosa. Azab kubur menunggu manusia jika ia tidak bisa
menjawab pertanyaan Malaikat Munkar dan Nakir. Siksaan selanjutnya adalah api
neraka jahannam yang menyala-nyala, yang panasnya seribu kali panasnya api
dunia.
Sedangkan tetesan
madu adalah kenikmatan dunia yang hanya secuil tapi banyak melenakan manusia.
Banyak manusia yang lupa tujuan hidupnya bahkan lupa terhadap Penciptanya hanya
gara-gara mengejar kesenangan dunia yang sedikit. Padahal balasan disisi Allah
lebih baik dan lebih kekal.
Di tengah
situasi seperti demikian, adakah yang bisa menyelamatkan manusia selain iman
kepada Allah? Hanya iman yang menyelamatkan nabi Nuh alaihissalam dari bencana
air bah. Iman pula yang menyela-matkan nabi Musa alaihissalam dan pengikut-nya
dari kejaran pasukan Fir’aun.
Kekuatan
iman mampu membedakan mana kaca, mana permata. Mana dunia, dan mana akhirat.
Orang beriman tidak mungkin memilih yang fana.
Kisah Pengusaha Beristri Empat
Ini adalah
kisah seorang pengusaha yang memiliki empat istri. Diantara istri-istrinya, ia
sangat mencintai istri yang keempat. Sebab dialah yang tercantik. Karena itu ia
menganugerahi harta dan kesenangan yang berlimpah dan selalu memberikan yang
terbaik untuk istri keempatnya ini.
Ia juga
mencintai istri yang ke tiga. Ia sangat bangga padanya. Dibanyak kesempatan dan
pertemuan ia selalu mengajak dan memperkenalkan istri ketiganya ini
kepada semua orang. Namun demikian, ia selalu khawatir kalau istrinya ini
selingkuh dengan orang lain.
Istri yang
kedua juga sangat ia sukai. Ia adalah sosok istri yang sabar dan pengertian.
Tempatnya berkeluh kesah dan mengadukan berbagai masalah hidupnya. Dia selalu
menolong dan mendampingi suaminya melewati masa sulit.
Adapun istri
yang pertama. Dia adalah pasangan yang sangat setia. Cintanya pada suami tak
tertandingi oleh istrinya yang lain. Dia selalu membawa kebaikan bagi
keluarganya. Selalu merawat dan mengatur kekayaan dan usaha sang suami. Akan
tetapi sang suami tidak terlalu mencintainya, bahkan cenderung tidak perduli padanya.
Suatu ketika
si pengusaha ini sakit parah. Ia sadar kalau hidupnya sebentar lagi akan
berakhir. Ia bergumam, “Saat ini aku punya empat orang istri, namun jika aku
meninggal aku akan sendirian. Betapa malang jika aku harus seorang diri.”
Lalu ia meminta
semua istrinya dtang, dan mulai bertanya pada istri keempatnya. “Kamulah yang
paling kucintai, kuberikan kau gaun dan perhiasan yang indah. Maukah kau
menemaniku ketika aku mati nanti?”
Istri
keempat menjawab: “Mana mungkin aku akan menemanimu, aku tidak mau!” sambil
berlalu pergi. Jawaban itu tentu sangat menyakitkan.
Pengusaha
malang itu lalu bertanya pada istri ketiganya. “Akupun sangat mencintaimu,
maukah kau ikut denganku menemani akhir hayatku?” Istri ketiga menjawab’ “Aku
masih ingin menikmati indahnya hidup, lebih baik aku menikah lagi dangan lelaki
yang menyukaiku.” Sang pengusaha makin terpukul dan tercabik hatinya. Tubuhnya
lemas lunglai.
Lalu ia
bertanya pada istri keduanya. “Istriku, kau selalu membantuku ketika aku
mendapatkan masalah, kini aku butuh bantuanmu. Kalau aku mati, maukah kau ikut
menemaniku?”
Istri kedua
menjawab pelan. “Maafkan aku, kali ini aku tak dapat menolongmu. Aku hanya akan
mengantarmu sampai ke liang kubur saja. Nanti akan kubuatkan makam yang indah
buatmu.”
Sang pengusaha
kini putus asa. Tiba-tiba terdengar suara lembut, “suamiku, akuakan menemanimu
kemanapun kau pergi dan aku akan tinggal bersamamu selamanya. Aku tetap setia
sampai kapanpun.” Si pengusaha menoleh ke arah suara itu, didapati istri
pertamanya. Dia tampak begitu kurus dan tidak terurus, pakaiannya sangat lusuh
dan jelek.
Dengan
penyesalan yang sangat dalam, si pengusaha menangis tersedu-sedu. “Kalau saja
aku bisa merawatmu saat aku masih mampu dan sehat, tentu takkan kubiarkan kau
merana seperti ini, istriku.”
Hikmah dan Pelajaran
Hidup di
dunia ini hakikatnya kita seperti memilki empat orang istri:
Istri yang
keempat, adalah
tubuh kita. Seberapapun kita menghias tubuh kita sehingga tampak indah dan
gagah, namun semuanya akan sirna dan sia-sia, tidak tersisa sedikitpun kelak
saat kita menghadap Allah.
Istri ketiga, adalah status sosial dan kekayaan.
Saat kita meninggal dunia, semua akan pergi dan beralih kepada orang lain.
Istri kedua, adalah kerabat dan teman karib.
Sedekat apapun hubungan kita dengan mereka, kita tak akan bersama mereka
selamanya. Hanya sampai liang kubur saja mereka akan menemani kita.
Dan istri
pertama, adalah jiwa dan amal kita. Kita sering melupakan dan
mengabaikannya demi kesenangan pribadi yang sesaat. Padahal jiwa dan amal inilah
yang akan menolong dan menemani kita saat kematian menjemput. Kita akan berdiri
di padang mahsyar dengan ditemani amal kita. Karena itu perhatikanlah amal
kita, sebelum terlambat, sebelum nyawa terpisah dengan jasad kita.
Belajar Dari Sebuah Jam
TERJADI
dialog antara pembuat jam dengan jam yang sedang dibuatnya. Pembuat jam
berkata, “Hai jam, apakah kamu sanggup untuk berdetak sebanyak 31.536.000 (Tiga
puluh satu juta lima ratus tiga puluh enam ribu) kali dalam setahun?”, jam itu
tersentak, “Enggak mungkinlah saya berdetak sebanyak itu!?”
“Baiklah,
bagaimana kalau 86.400 (delapan puluh enam ribu empat ratus) kali dalam
sehari?” tawar pembuat jam.
“Delapan
puluh enam ribu empat ratus kali? Dengan jarum yang kecil-kecil begini?” jawab
jam penuh keraguan.
“Kalau
begitu cukup berdetak 3.600 (tiga ribu enam ratus) kali dalam satu jam, pasti
kamu sanggup!” pinta si pembuat jam lagi.
“Sepertinya
saya masih belum sanggup berdetak sebanyak itu dalam sejam.” Jam masih saja
bimbang dengan kemampuannya.
Akhirnya si
pembuat jam berkata, “Sudahlah, sanggupkah kamu berdetak satu kali saja setiap
detik?” Jam itu sontak menjawab, “Naah, kalau cuma sekali sedetik sih aku
sanggup, kapan aku mulai bekerja?”. “Sekarang!”, seru pembuat jam.
Setelah
selesai dibuat, jam itu pun berdetak satu kali setiap detik. Lalu berdetak
terus sampai 3.600 kali dalan satu jam. Berlanjut lagi sampai 86.400 kali dalam
sehari. Dan tanpa terasa jam itu telah berdetak 31.536.000 kali dalam setahun.
Hikmah dan Pelajaran
Belajar dari
jam, kadangkala kita ragu terhadap tugas dan pekerjaan yang kita anggap terlalu
berat untuk dilakukan, padahal kita belum mencobanya. Karena itu jangan pernah
berkata ‘tidak bisa’ terhadap setiap pekerjaan yang kita anggap berat dan
sulit. Sebenarnya kita hanya butuh keberanian untuk mencoba, selanjutnya semua
berjalan dan mengalir seperti air.
Banyak
gagasan dan pekerjaan besar yang terasa berat untuk dimulai. Maka cobalah
memulai dari hal yang kecil dan ringan. Kemudian mulailah membangun sistem dan
mekanisme kerja yang baik agar segala sesuatunya berjalan dengan maksimal dan
agar keberhasilan itu juga berguna bagi orang-orang di sekitar kita. \\(n.n)//
"NEVER GIVE UP" \\(^.^)//
Renungan Wanita Hebat
Wanita
memiliki kekuatan yang lebih besar dari seorang pria untuk dapat mengampuni
lebih banyak, mengasihi lebih banyak, berkorban lebih banyak, juga menjadi
penolong yang kuat bagi rumah tangganya.
Kecantikan
seorang wanita bukanlah dari pakaian yang ia kenakan, sosok yang ia tampilkan,
atau bagaimana ia menyisir dan menata rambutnya. Kecantikan seorang wanita
harus dilihat dari matanya, karena itulah pintu hatinya, tempat dimana cinta
itu ada.
Wanita
cantik melukiskan kekuatan lewat
masalah. Tersenyum saat
tertekan, tertawa disaat hati sedang menangis, memberkati disaat terhina.
Mempesona karena memaafkan. Wanita cantik mengasihi tanpa pamrih dan mencintai dengan ketulusan hati, serta
bertambah kuat dalam iman dan pengharapan.
Mario Teguh
berkata:
Hai, Pria.
Bukan kalian yang memilih wanita. Tetapi Wanita yang memilih kalian. Jadi
pantaskanlah diri kalian untuk dipilih oleh Wanita yang terbaik dan bernilai,
berpakaianlah yang menawan dan berwibawa, mapanlah dalam karier, bijaksanalah
dalam bertindak, sehingga engkau menjadi Pria yang dimuliakan oleh Wanita. Karena Wanita memilih bukan untuk dirinya,
tapi memilih untuk seorang pemimpin dalam sebuah keluarga, juga seorang yang
layak mendapat penghormatan, dukungan, dan dorongan. Karena dibalik kesuksesan
seorang Pria, selalu karena ada dorongan dan pengorbanan seorang Wanita hebat.
Something Happened Before Marriage·
One day a
boy asked his girlfriend to marry him . The girl gave him a challenge to live a
day without her , only then she'll marry him . No communication was there for
24 hours , he did not know that she has only 24 hours to life left cause she's
ill .. After 24 hours , he went to her house holding a ring . He was shocked to
know that she was dead .. She left a letter for him saying "You did it ,
you can be without me . Do it everyday my love .. Miss you "
Burung dan Mawar Putih
Suatu
hari,ada burung jatuh cinta am mawar putih..
Burung pun berusaha mengungkapkan perasaannya, tp mawar putih berkata
"aku gak akan cinta sama kamu!"
burung tak pernah menyerah , setiap hari dia datang utk bertemu dg mawar putih,akhirnya..
mawar putih bkata,.
"aku bakal cinta sama kamu kalau km bisa ngubah aku jadi mawar merah!?"
dan suatu hari burung kembali dg memotong sayapnya,.
dan menebarkan darahya pd mawar putih hingga dia berubah jd mawar merah,,
akhirnya..
mawar sadar seberapa besar burung mencintai dirinya,,
tp..smua sudah terlambat karena,.
burung tak akan kmbali lagi di dunia ,.
Burung pun berusaha mengungkapkan perasaannya, tp mawar putih berkata
"aku gak akan cinta sama kamu!"
burung tak pernah menyerah , setiap hari dia datang utk bertemu dg mawar putih,akhirnya..
mawar putih bkata,.
"aku bakal cinta sama kamu kalau km bisa ngubah aku jadi mawar merah!?"
dan suatu hari burung kembali dg memotong sayapnya,.
dan menebarkan darahya pd mawar putih hingga dia berubah jd mawar merah,,
akhirnya..
mawar sadar seberapa besar burung mencintai dirinya,,
tp..smua sudah terlambat karena,.
burung tak akan kmbali lagi di dunia ,.
Mewaspadai Bahaya Ghibah
Islam
merupakan agama sempurna yang Allah Subhanahu wa Ta’ala anugerahkan
kepada umat Nabi Muhammad Shallallahu’alaihi wasallam. Kesempurnaan
Islam ini menunjukkan bahwa syariat yang dibawa Rasulullah
Shallallahu’alaihi wasallam itu adalah rahmatal lil’alamin. Sebagaimana
Allah Subhanahu wa Ta’ala telah mengkhabarkan di dalam firman-Nya
(artinya): “Tidaklah Aku mengutusmu melainkan sebagai rahmatal lil’alamin.” (Al
Anbiya’: 107)
Diantara
wujud kesempurnaan agama Islam sebagai rahmatal lil’alamin, adalah Islam
benar-benar agama yang dapat menjaga, memelihara dan menjunjung tinggi
kehormatan, harga diri, harkat dan martabat manusia secara adil dan sempurna.
Kehormatan dan harga diri merupakan perkara yang prinsipil bagi setiap manusia.
Setiap orang
pasti berusaha untuk menjaga dan mengangkat harkat dan martabatnya. Ia tidak
rela untuk disingkap aib-aibnya atau pun dibeberkan kejelekannya. Karena hal
ini dapat menjatuhkan dan merusak harkat dan martabatnya di hadapan orang lain.
Rasulullah Shallallahu’alaihi
wasallam bersabda:
كُلُّ
الْمُسْلِمِ عَلَى الْمُسْلِم حَرَامٌ دَمُهُ وَ عِرْضُهُ وَ مَالُهُ
“Setiap
muslim terhadap muslim lainnya diharamakan darahnya, kehormatannya, dan juga
hartanya.” (H.R Muslim no. 2564)
Hadits di
atas menjelaskan tentang eratnya hubungan persaudaraan dan kasih sayang sesama
muslim. Bahwa setiap muslim diharamkan menumpahkan darah (membunuh) dan
merampas harta saudaranya seiman. Demikian pula setiap muslim diharamkan
melakukan perbuatan yang dapat menjatuhkan, meremehkan, atau pun merusak
kehormatan saudaranya seiman. Karena tidak ada seorang pun yang sempurna dan
ma’shum (terjaga dari kesalahan) kecuali para Nabi dan Rasul. Sebaliknya selain
para Nabi dan Rasul termasuk kita tidak lepas dari kekurangan dan kelemahan.
Suatu
fenomena yang lumrah terjadi di masyarakat kita dan cenderung disepelekan,
padahal akibatnya cukup besar dan membahayakan, yaitu ghibah (menggunjing).
Karena dengan perbuatan ini akan tersingkap dan tersebar aib seseorang, yang
akan menjatuhkan dan merusak harkat dan martabatnya.
Tahukah anda
apa itu ghibah? Sesungguhnya kata ini tidak asing lagi bagi kita. Ghibah ini
erat kaitannya dengan perbuatan lisan, sehingga sering terjadi dan terkadang di
luar kesadaran.
Ghibah
adalah menyebutkan, membuka, dan membongkar aib saudaranya dengan maksud jelek.
Al Imam Muslim meriwayatkan dalam kitab Shahihnya dari shahabat Abu Hurairah radhiyallahu
‘anhu, sesungguhnya Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda:
“Apakah kalian mengetahui apa itu ghibah? Para shahabat berkata: “Allah dan
Rasul-Nya yang lebih tahu.” Kemudian beliau Shallallahu’alaihi wasallam
bersabda:
ذِكْرُكَ
أَخَاكَ بِمَا يَكْرَهُ ، إِنْ كَانَ فِيْهِ مَا تَقُوْلُ فَقَدِ اغْتَبْتَهُ
وَإِنْ لَمْ يَكُنْ فِيْهِ مَا تَقُوْلُ فَقَدْ بَهَتَّهُ
“Engkau
menyebutkan sesuatu yang ada pada saudaramu yang dia membecinya, jika yang
engkau sebutkan tadi benar-benar ada pada saudaramu sungguh engkau telah
berbuat ghibah, sedangkan jika itu tidak benar maka engkau telah membuat
kedustaan atasnya.”
Di dalam Al
Qur’anul Karim Allah Subhanahu wa Ta’ala sangat mencela perbuatan
ghibah, sebagaimana firman-Nya (artinya):
“Dan
janganlah kalian mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah sebagian
kalian menggunjing (ghibah) kepada sebagian yang lainnya. Apakah kalian suka
salah seorang diantara kalian memakan daging saudaramu yang sudah mati? Maka
tentulah kalian membencinya. Dan bertaqwalah kalian kepada Allah. Sesungguhnya
Allah Maha Penerima taubat dan Maha Pengasih.” (Al Hujurat: 12)
Al Imam Ibnu
Katsir Asy Syafi’i berkata dalam tafsirnya: “Sungguh telah disebutkan (dalam
beberapa hadits) tentang ghibah dalam konteks celaan yang menghinakan. Oleh
karena itu Allah Subhanahu wa Ta’ala menyerupakan orang yang berbuat
ghibah seperti orang yang memakan bangkai saudaranya. Sebagaimana firman Allah Subhanahu
wa Ta’ala … (pada ayat di atas). Tentunya itu perkara yang kalian benci
dalam tabi’at, demikian pula hal itu dibenci dalam syari’at. Sesungguhnya
ancamannya lebih dahsyat dari permisalan itu, karena ayat ini sebagai
peringatan agar menjauh/lari (dari perbuatan yang kotor ini -pent). ” (Lihat
Mishbahul Munir)
Suatu hari
Aisyah radhiyallahu’anha pernah berkata kepada Rasulullah Shallallahu’alaihi
wasallam tentang Shafiyyah bahwa dia adalah wanita yang pendek. Maka beliau
Shallallahu’alaihi wasallam bersabda:
لَقَدْ
قُلْتِ كَلِمَةً لَو مُزِجَتْ بِمَاءِ البَحْرِ لَمَزَجَتْهُ
“Sungguh
engkau telah berkata dengan suatu kalimat yang kalau seandainya dicampur dengan
air laut niscaya akan merubah air laut itu.” (H.R. Abu Dawud 4875 dan lainnya)
Asy Syaikh
Salim bin Ied Al Hilali berkata: “Dapat merubah rasa dan aroma air laut,
disebabkan betapa busuk dan kotornya perbutan ghibah. Hal ini menunjukkan suatu
peringatan keras dari perbuatan tersebut.” (Lihat Bahjatun Nazhirin Syarah
Riyadhush Shalihin 3/25)
Sekedar
menggambarkan bentuk tubuh seseorang saja sudah mendapat teguran keras dari
Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam, lalu bagaimana dengan
menyebutkan sesuatu yang lebih keji dari itu? Dari shahabat Anas bin Malik radhiyallahu’anhu,
bahwa Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda:
لَمَّا
عُرِجَ بِي مَرَرْتُ بِقَوْمٍ لَهُمْ أَظْفَارٌ مِنْ نُحَاسٍ يَخْمِشُوْنَ
وُجُوْهَهُمْ وَصُدُوْرَهُمْ ، فَقُلْتُ مَنْ هؤُلاَءِ يَاجِبْرِيْلُ؟ قَالَ :
هؤُلاَءِ الَّذِيْنَ يَأْكُلُوْنَ لُحُوْمَ النَّاسِ وَيَقَعُوْنَ فِي
أَعْرَاضِهِمْ
“Ketika aku
mi’raj (naik di langit), aku melewati suatu kaum yang kuku-kukunya dari tembaga
dalam keadaan mencakar wajah-wajah dan dada-dadanya. Lalu aku bertanya: “Siapakah
mereka itu wahai malaikat Jibril?” Malaikat Jibril menjawab: “Mereka adalah
orang-orang yang memakan daging-daging manusia dan merusak kehormatannya.”
(H.R. Abu Dawud no. 4878 dan lainnya)
Yang
dimaksud dengan ‘memakan daging-daging manusia’ dalam hadits ini adalah berbuat
ghibah (menggunjing), sebagaimana permisalan pada surat Al Hujurat ayat: 12.
Dari
shahabat Ibnu Umar radhiyallahu’anhu, bahwa beliau Shallallahu’alaihi
wasallam bersabda:
يَا مَعْشَرَ
مَنْ آمَنَ بِلِسَانَهِ وَلَمْ يَفْضِ الإِيْمَانُ إِلَى قَلْبِهِ لاَ تُؤْذُوا
المُسْلِمِيْنَ وَلاَ تُعَيِّرُوا وَلاَ تَتَّبِعُوا عَوْرَاتِهِمْ فَإِنَّهُ مَنْ
يَتَّبِعْ عَوْرَةَ أَخِيْهِ الْمُسْلِمِ تَتَّبَعَ اللهُ عَوْرَتَهُ وَمَنْ
يَتَّبَعِ اللهُ يَفْضَحْهُ لَهُ وَلَو في جَوْفِ رَحْلِهِ
“Wahai sekalian
orang yang beriman dengan lisannya yang belum sampai ke dalam hatinya,
janganlah kalian mengganggu kaum muslimin, janganlah kalian
menjelek-jelekkannya, janganlah kalian mencari-cari aibnya. Barang siapa yang
mencari-cari aib saudaranya sesama muslim niscaya Allah akan mencari aibnya.
Barang siapa yang Allah mencari aibnya niscaya Allah akan menyingkapnya
walaupun di dalam rumahnya.” (H.R. At Tirmidzi dan lainnya)
Dari
shahabat Jabir bin Abdillah radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata: “Suatu
ketika kami pernah bersama Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam
mencium bau bangkai yang busuk. Lalu Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam
berkata: ‘Apakah kalian tahu bau apa ini? (Ketahuilah) bau busuk ini berasal
dari orang-orang yang berbuat ghibah.” (H.R. Ahmad 3/351)
Dari
shahabat Sa’id bin Zaid radhiyallahu ‘anhu sesungguhnya Rasulullah Shallallahu’alaihi
wasallam bersabda:
?إِنَّ مِنْ
أَرْبَى الرِّبَا الإِسْتِطَالةَ فِي عِرْضِ المُسْلِمِ بِغَيْرِ الْحَقِّ وَفِي
رِوَايَة : مِنْ أَكْبَرِ الْكَبَائِرِ
“Sesungguhnya
termasuk riba yang paling besar (dalam riwayat lain: termasuk dari sebesar
besarnya dosa besar) adalah memperpanjang dalam membeberkan aib saudaranya
muslim tanpa alasan yang benar.” (H.R. Abu Dawud no. 4866-4967)
Dari ancaman
yang terkandung dalam ayat dan hadits-hadits di atas menunjukkan bahwa
perbuatan ghibah ini termasuk perbuatan dosa besar, yang seharusnya setiap
muslim untuk selalu berusaha menghindar dan menjauh dari perbuatan tersebut.
Asy Syaikh
Al Qahthani dalam kitab Nuniyyah hal. 39 berkata:
لاَتُشْغِلَنَّ
بِعَيْبِ غَيْرِكَ غَافِلاً عَنْ عَيْبِ نَفْسِكَ إِنَّهُ عَيْبَانِ
Janganlah
kamu tersibukkan dengan aib orang lain, justru kamu lalai Dengan aib yang ada
pada dirimu, sesungguhnya itu dua keaiban (Lihat Nashihati linnisaa’ hal. 32)
Maksudnya,
bila anda menyibukkan dengan aib orang lain maka hal itu merupakan aib bagimu
karena kamu telah terjatuh dalam kemaksiatan. Sedangkan bila anda lalai dari
mengoreksi aib pada dirimu sendiri itu juga merupakan aib bagimu. Karena secara
tidak langsung kamu merasa sebagai orang yang sempurna. Padahal tidak ada
manusia yang sempurna dan ma’shum kecuali para Nabi dan Rasul.
Konteks
dalam hadits:
ذِكْرُكَ
أَخَاكَ بِمَا يَكْرَهُ
“Engkau
menyebutkan sesuatu pada saudaramu yang dia membecinya.”
Hadits di
atas secara zhahir mengandung makna yang umum, yaitu mencakup penyebutan aib
dihadapan orang tersebut atau diluar sepengetahuannya. Namun Al Hafizh Ibnu
Hajar menguatkan bahwa ghibah ini khusus di luar sepengetahuannya, sebagaimana
asal kata ghibah (yaitu dari kata ghaib yang artinya tersembunyi-pent) yang
ditegaskan oleh ahli bahasa. Kemudia Al Hafizh berkata: “Tentunya membeberkan
aib di dahapannya itu merupakan perbuatan yang haram, tapi hal itu termasuk
perbuatan mencela dan menghina.” (Fathul Bari 10/470 dan Subulus Salam hadits
no. 1583, lihat Nashihati linnisaa’ hal. 29)
Demikian
pula bagi siapa yang mendengar dan ridha dengan perbuatan ghibah maka hal
tersebut juga dilarang. Semestinya dia tidak ridha melihat saudaranya
dibeberkan aibnya. Dari shahabat Abu Dzar radhiyallahu ‘anhu, bahwa
Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda:
مَنْ رَدَّ
عِرْضَ أَخِيْهِ رَدَّ اللهُ عَنْ وَجْهِهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
“Barang
siapa yang mencegah terbukanya aib saudaranya niscaya Allah akan mencegah wajahnya
dari api neraka pada hari kiamat nanti.” (H.R. At Tirmidzi no. 1931 dan
lainnya)
Demikian
juga semestinya ia tidak ridha melihat saudaranya terjatuh dalam kemaksiatan
yaitu berbuat ghibah. Semestinya ia menasehatinya, bukan justru ikut larut
dalam perbuatan tersebut. Kalau sekiranya ia tidak mampu menasehati atau
mencegahnya dengan cara yang baik, maka hendaknya ia pergi dan menghindar
darinya. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman (artinya):
“Dan
orang-orang yang beriman itu bila¬ mendengar perkataan yang tidak bermanfaat,
mereka berpaling darinya, dan mereka berkata: “Bagi kami amal-amal kami dan
bagimu amal-amalmu, semoga kesejahteraan atas dirimu, kami tidak ingin bergaul
dengan orang-orang jahil.” (Al Qashash: 55)
Dari
shahabat Abu Sa’id Al Khudri radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu’alaihi
wasallam bersabda:
مَنْ رَأَى
مِنْكُمْ مُنْكَرًا فَلْيُغَيِّرْهُ بِيَدِهِ وَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ
فَبِلِسَانِهِ وَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِقَلْبِهِ وَذالكَ أَضْعَفُ الإِيْمَانِ
“Barang
siapa yang melihat kemungkaran hendaknya dia mengingkarinya dengan tangan. Bila
ia tidak mampu maka cegahlah dengan lisannya. Bila ia tidak mampu maka cegahlah
dengan hatinya, yang demikian ini selemah-lemahnya iman.” (Muttafaqun ‘alaihi)
Namun bila
ia ikut larut dalam perbuatan ghibah ini berarti ia pun ridha terhadap
kemaksiatan, tentunya hal ini pun dilarang dalam agama.
Lalu
bagaimana cara bertaubat dari perbuatan ghibah? Apakah wajib baginya untuk
memberi tahu kepada yang dighibahi? Sebagian para ulama’ berpendapat wajib
baginya untuk memberi tahu kepadanya dan meminta ma’af darinya. Pendapat ini
ada sisi benarnya jika dikaitkan dengan hak seorang manusia. Misalnya mengambil
harta orang lain tanpa alasan yang benar maka dia pun wajib mengembalikannya.
Tetapi dari sisi lain, justru bila ia memberi tahu kepada yang dighibahi
dikhawatirkan akan terjadi mudharat yang lebih besar. Bisa jadi orang yang
dighibahi itu justru marah yang bisa meruncing pada percekcokan dan bahkan
perkelahian. Oleh karena itu sebagian para ulama lainnya berpendapat tidak
perlu ia memberi tahukan kepada yang dighibahi tapi wajib baginya beristighfar
(memohan ampunan) kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan menyebutkan
kebaikan-kebaikan orang yang dighibahi itu di tempat-tempat yang pernah ia
berbuat ghibah kepadanya. Insyaallah pendapat terakhir lebih mendekati
kebenaran. (Lihat Nashiihatii linnisaa’: 31)
Para
pembaca, karena perbuatan ghibah ini berkaitan erat dengan lisan yang mudah
bergerak dan berbicara, maka hendaknya kita selalu memperhatikan apa yang kita
ucapkan. Apakah ini mengandung ghibah atau bukan, jangan sampai tak terasa
telah terjatuh dalam perbuatan ghibah. Bila kita bisa menjaga tangan dan lisan
dari mengganggu atau menyakiti orang lain, insyaallah kita akan menjadi muslim
sejati. Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda:
المُسْلِمُ
مَنْ سَلِمَ الْمُسْلِمُوْنَ مِنْ لِسَانِهِ وَيَدِهِ
“Seorang
muslim sejati adalah bila kaum muslimin merasa selamat dari gangguan lisan dan
tangannya.” (H.R. Muslim)
Semua
Manusia Memiliki Peranannya Sendiri
Beberapa waktu yg lalu, seorang pemuda terpelajar dari Surabaya sedang
berpergian naik pesawat ke Jakarta.Disampingnya duduk seorang ibu yang sudah berumur.
Si Pemuda menyapa, dan tak lama mereka terlarut dalam obrolan ringan.
“Ibu, ada acara apa pergi ke Jakarta?” tanya si Pemuda
“Oh… Saya mau ke Jakarta terus “connecting flight” ke Singapore nengokin anak saya yang kedua” jawab ibu itu.
“Wouw….. hebat sekali putra ibu, pemuda itu menyahut dan terdiam sejenak.
Pemuda itu merenung.
Dengan keberanian yang didasari rasa ingin tahu pemuda itu melanjutkan pertanyaannya.
“Kalau saya tidak salah, anak yang di Singapore tadi, putra yang kedua ya Bu? Bagaimana dengan adik-adiknya?”
“Oh ya tentu”, si Ibu melanjutkan ceritanya
“Anak saya yg ketiga seorang Dokter di Malang,
yang keempat Kerja di Perkebunan di Lampung,
yang kelima menjadi Arsitek di Jakarta.
yang keenam menjadi Kepala Cabang Bank di Porwokerto.
yang ke tujuh menjadi Dosen di Semarang.”
Pemuda tadi diam, hebat ibu ini, bisa mendidik anak anaknya dengan sangat baik, dari anak kedua sampai ke tujuh.
“Terus bagaimana dengan anak pertama ibu?”
Sambil menghela napas panjang, ibu itu menjawab.
“Anak saya yang pertama menjadi Petani di Jember nak. Dia menggarap sawahnya sendiri yang tidak terlalu lebar”
Pemuda itu segera menyahut, “Maaf ya Bu….. kalau ibu agak kecewa ya dengan anak pertama ibu, adik-adiknya berpendidikan tinggi dan sukses di pekerjaannya, sedang dia menjadi pe tani?”
Dengan tersenyum ibu itu menjawab,
“Ooo …tidak tidak begitu nak… Justru saya sangat bangga dengan anak pertama saya, karena dialah yang membiayai sekolah semua adik-adiknya dari hasil dia bertani”
Today’s lesson :
Everyone in this world is an important person!!!
Open your eyes…
your heart…
your mind…
your point of view…
because we can’t make summary before reading “the book” completely.
The wise person says…
The more important thing is not WHO YOU ARE But WHAT YOU HAVE BEEN DOING….
Tidak ada komentar:
Posting Komentar